
PROBOLINGGO | koranmadura.com – Akibat cuaca buruk yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, petani anggur di wilayah Kota Probolinggo lesu alias tak bersemangat. Sebab, hujan turun tidak menentu, sehingga buah anggur di bulan-bulan ini diharapkan panen justru rusak dan banyak yang membusuk.
“Penyebab utama karena kondisi cuaca kemarau basah, kondisi curah hujan intensitas tinggi yang masih terjadi membuat kualitas buah anggur buruk. Tak jarang, saat petani yang nekat menanam sudah mulai menanggung kerugian,”ujar Fathurahman (50), warga jalan Juanda, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, kepada wartawan, Kamis (4/8).
Fathurrahman mengatakan, tanaman anggur yang rusak akibat terkena cuaca buruk berdampak pada penghasilan petani anggur. Sebab, dibulan Agustus ini momen yang ditunggu biasanya tanaman anggur miliknya panen.
“Saat cuaca normal, setiap hektar tanaman anggur bisa memanen sekitar 2 ton buah anggur. Namun, akibat cuaca buruk hanya bisa panen sekitar 50 kuintal saja. Ditambah lagi musim angin gending, memaksa buah anggurnya membusuk,”tandasnya.,
Begitu juga, sekitar 115 petani anggur di 5 kecamatan yang ada di wilayah Kota Proboloinggo mengalami nasib yang sama.
“Hasil panen anggur ini memaksa petani anggur di Kota Bayuangga ini mengeluh. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, rata-rata petani anggur beralih profesi menanam tanaman toga, seperti jahe, lengkuas dan sebagian ada yang menjual tanaman bunga,”ucap Fathurahman.
Fathurahman menambahkan, sebenarnya sejak 5 tahun terakhir petani anggur di wilayah kota ini semakin hari semakin sedikit. Karena anggur asal Kota Probolinggo kurang diminati di pasaran.
Apalagi, kali ini muncul anggur impor yang selain bentuknya menggiurkan karena bentuknya berukuran besar, juga rasanya manis dari pada anggur lokal asal Kota Probolinggo. Tidak prospeknya buah anggur ini memaksa petani mulai sedikit meninggalkan dan beralih profesi.
“Kami sangat menyayangkan hal itu terjadi. Padahal Kota Probolinggo selama ini di kenal dengan sebutan Kota Manggur yaitu anggur dan mangga.Diperlukan peran serta dinas terkait agar ikon Kota Probolinggo sebagai pengahasil anggur dan mangga tidak hanya sebagai slogan biasa,”imbuhnya.
Diketahui, populasi anggur di Kota Probolinggo, mengkhawatirkan. Jika sebelumnya ada 10 ribu man anggur, kini di 2016 tinggal dua ribu. Begitu juga dengan mangga yang juga jumlah populasinya stagnan, bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Selain itu, Kota Probolinggo sudah tertinggal dengan Pasuruan. Kota dan Kabupaten tetangga itu, telah mengembangkan mangga sehingga baik kualitas dan jumlahnya jauh meninggalkan Kota Probolinggo. (M. HISBULLAH HUDA)