
PAMEKASAN | koranmadura.com – Kepuasan bagi seniman ketika hasil karyanya bisa dinikmati banyak orang. Hal itu juga yang dirasakan Budi Hariyanto, salah seorang seminan lukis asal Pamekasan. Baginya, bisa terus berkarya merupakan salah satu bentuk syukur atas anugerah keahliannya dalam melukis.
Hasil lukisan pria yang lahir di Pamekasan pada 15 Oktober 1973 itu, sudah tidak asing lagi dalam setiap pameran lukisan bersama yang diadakan di wilayah Jawa Timur. Namun, menggelar pameran lukisan tunggal hasil karyanya telah yang keempat kalinya.
Pada pameran tunggal hasil keempat, karya warga Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Madura, yang digelar di salah satu hotel di Jl Raya Pamekasan-Sumenep, mengangkat tema “Interlude, aku, laut, dan kisah lainnya”.
Pameran yang berlangsung sejak 29 Juli dan akan berakhir pada 7 Agustus mendatang, menyajikan sedikitnya 35 lukisan hasil karyanya. Semua lukisan tersebut menceritakan tentang indahnya panorama laut Pamekasan dan Budaya Madura, dengan ukuran beragam yang sengaja dipamerkan di sepanjang koridor dan lobi hotel.
“Berkarya seni lukis merupakan sebuah proses penuangan ide yang bergejolak dalam jiwa. Disadari sebagai bentuk lain dari penyataan eksistensi diri dalam kehidupan, sekaligus sebagai aplikasi dari kesyukuran kemampuan diri yang dianugerahkan oleh Tuhan yang Maha Indah,” kata pria yang berprofesi sebagai guru di SMAN 1 Pademawu ini.
Dia menjelaskan tema lukisan tersebut diambil karena Madura dikelilingi oleh lautan, bahkan dirinya lahir dan hidup dari seorang nelayan. Sebagian besar lukisan yang dipamerkan merupakan hasil buatan pada Bulan Ramadan lalu.
Namun ada yang berbeda pada pemeran kali ini. Hasil karyanya yang menggambarkan “karpaan sapi” berhasil memikat Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI) Khofifah Indar Parawansa, saat berkunjung ke Pamekasan, pada Jumat (29/7).
“Kebetulan hotel (tempat pameran) ini kedatangan tamu dari kementerian sosial. Ibu Khofifah tertarik dengan lukisan karapan sapi karena akan membawa kenangan Madura ke sana, terus yang kedua dibeli oleh bagian stafnya juga membeli lukisan tentang purnama di pantai,” ungkap lulusan S-2 Pendidikan Seni Budaya di Universitas Surabaya ini.
Dia mengikuti pameran lukisan sejak 1993 di Surabaya hingga saat ini. Sedang untuk pameran lukisan tunggal pertama digelar pada 2004, yang bertema “citra ekspresi 2014. Kemudian yang kedua, pada 2009, dengan tema “bulan itu, bunga itu, perempuan itu”.
Lalu, yang ketiga pada 2013 lalu, dengan tema “ketikan kata, ketika rupa, ketika budi”. Semua kegiatan pameran tunngal itu digelar di Pamekasan. “Madura terkenal dengan garamnya yang asin. Makanya saya memilih tema laut, dengan warna hitam-putih. Saya lahir dan hidup di pinggir laut, jadi mulai kecil memang akrab dengan aktivitas di laut. Mulai aktivitas petambak garam dan nelayan,” katanya. (ALI SYAHRONI/RAH)