
SUMENEP | koranmadura.com – Masa depan pertanian terancam dengan semakin berkurangnya minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian, khususnya pertanian pangan. Bukan karena lahan yang terus menyusut, tapi lebih karena pola pikir yang berkembang, bahkan petani bukan profesi elitis.
Anggota Komisi II DPRD Sumenep, Nurus Salam tak memungkiri adanya penyusutan jumlah petani di kabupaten paling timur Pulau Madura ini. Indikasinya, para generasi muda saat ini sudah mulai enggan menggeluti dunia pertanian karena beberapa faktor.
Salah satunya, generasi muda mulai meninggalkan dunia pertanian karena bertani dinilai bukan merupakan pekerjaan atau profesi yang elitis. “Bukan hanya di Sumenep saja, tapi hampir semua daerah di Indonesia. Buktinya, di fakultas-fakultas pertanian, setiap tahun animo generasi muda merosot,” tuturnya, Rabu (24/8).
Selain karena pekerjaan bertani dinilai tidak elitis, Oyuk, sapaan akrab Nurus Salam, mengakui bahwa hasil pertanian selama ini memang kurang menjanjikan. Padahal di sisi lain, masyarakat yang bertani membutuhkan hasil melimpah yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh sebab itu, untuk mengembalikan animo generasi muda terhadap dunia pertanian, harus ada terobosan-terobosan yang dilakukan oleh semua pihak. Salah satunya, pemerintah harus semakin gencar melakukan sosialisasi terkait hasil analisa usaha tani bahwa bertani merupakan pekerjaan yang menungtungkan.
“Jika mampu meyakinkan bahwa dunia pertanian bisa menguntungkan, maka masyarakat, khsusunya generasi muda akan tergerak untuk tidak meninggalkan dunia pertanian. Sebab mayoritas masyarakat memiliki lahan pertanian. Cuma selama ini cenderung tidak tergarap secara maksimal,” kata oyuk.
Selain itu, ke depan harus juga ada komoditi tanaman yang disukai oleh generasi muda karena menjanjikan. Sebab program atau terobosan-terobosan semacam itu belum ada, baru sebatas akan direncanakan. Selama beberapa tahun terakhir pemerintah masih berkutat pada pemberian bantuan dan persoalan klasik lainnya, seperti mengantisipasi kelangkaan pupuk dan sebagainya.
Begitu juga dengan pembentukan kelompok pemuda tani. Menurut politisi Gerindra itu, di Kabupaten Sumenep masih minim. “Sebenarnya sudah ada. Tapi belum terlalu banyak. Sehingga masih perlu untuk terus didorong sebelum generasi muda betul-betul meninggalkan dunia pertanian,” pungkasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispertan) Kabupaten Sumenep, Bambang Heriyanto mengakui saat ini generasi muda memang sudah mulai meninggalkan dunia pertanian. “Realitas di lapangan, kaum muda sekarang angat minim atau kurang berminat terhadap dunia pertanian,” ujar Bambang.
Menurutnya, jumlah petani saat ini lingkungan kabupaten Sumenep sekitar 400 ribu. Jumlah tersebut berdasarkan hasil verifikasi jumlah kelompok tani, yaitu 3.505 poktan, dengan asumsi setiap poktan memiliki anggota sebanyak 30 orang. “Karena poktan itu maksimal 40 orang,” jelasnya. (FATHOL ALIF/MK)