SUMENEP, koranmadura.com – Sebanyak 130 aparat TNI, Polri, dan Satpol PP dikerahkan untuk melancarkan relokasin Pasar hewan Desa Bangkal Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Baca: Dijaga Petugas, Pedagang Jualan di Luar Arena Pasar
Perinciannya, dari unsur Polri sebanyak 30 personel, TNI sebangak 10 personel, Satpol PP sebanyak 60 personel, Dishub 10 petugas, dan Muspika 10 orang. “Ada 10 titik simpul yang dijaga oleh petugas. Mereka akan mengarahkan pedagang ke Bluto. Jadi, bisa dipastikan tidak akan ada hewan yang turun dari mobil nanti,” tegas Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Sumenep, Arief Rusydi, Kamis, 19 Oktober 2016.
Terhitung hari ini, Kamis, 20 Oktober 2016, Pemerintah Kabupaten Sumenep, resmi merelokasi pasar hewan Bangkal, ke Pasar Ternak Terpadu di Desa Pakandangam Sangra, Kecamatan Bluto.
Baca juga: Ini Alasan Pedagang Kambing Tolak Relokasi
Menurutnya, beroperasinya pasar hewan yang baru itu tidak akan mempengaruhi terhadap pasar hewan yang berada di kecamatan, seperti pasar hewan di Kecamatan Lenteng. Untuk saat ini, pasar yang baru itu dioperasikan dua kali selama satu minggu, yakni pada hari Senin dan Kamis.
Kendati demikian, ke depan, pemerintah daerah berencana mengoperasikan pasar tersebut setiap hari. Itu guna untuk membangkitkan perekonomian masyarakat di Kecamatan Bluto. “Nanti di sana tidak hanya berfungsi sebagai pasar sapi dan kambing, melainkan semua hewan akan dipasarkan di sana,” tegasnya.
Samauddin, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Kambing Sumenep, mengatakan, sesuai kesepakatan, untuk pedagang kambing akan pindah ke Pasar Burung, sebelah utara Makam Pahlawan. Jika tidak diizinkan, mereka akan pindah di Pasar Banasare, Rubaru, atau pasar di Kecamatan Gapura.
“Ini yang diajukan pedagang. Untuk saat ini pedagang asal pantura dan timur mengaku jarak tempuh ke Bluto sangat jauh,” tegasnya.
Saat ini pedagang kambing yang biasa berdagang di Pasar Bangkal, sekitar 200 pedagang. Sedangka untuk pedagang sapi sekitar 300 pedagang setiap kali pasaran.
“Pasar Bangkal lokasinya sangat strategis karena lokasinya berada tengah kabupaten. Makanya, mereka kalau mau direlokasi ke Bluto tidak mau. Tapi kalau ke daerah pinggiran kota mereka mau,” tegasnya. (Junaidi/MK)