SAMPANG, koranmadura.com – Penderita penyakit leptospirosis di Sampang mengalami peningkatan pada tahun ini. Hingga Oktober ini sudah sebanyak 35 kasus leptospirosis. Sedangkan pada tahun 2015 hanya sebanyak 7 kasus.
“Saat ini kasus leptospirosis semakin meningkat, dua bulan terakhir saja mencapai 12 kasus. Sedangkan totalnya sejak awal tahun hingga Oktober 2016 mencapai 35 kasus. Sedangkan di tahun 2015 hanya 7 kasus,” papar Sekretaris Dinkes Sampang, Asrul Sani, Senin 31 Oktober 2016.
Sejak dua bulan terakhir, empat orang yang meninggal dunia dan 7 orang menjalani perawatan medis. “Yang akhir bulan Pebruari 2016 lalu tidak ada yang meninggal, sedangkan di tahun 2015 juga tidak ada,” katanya.
Meski mengalami peningkatan jumlah kasus leptospirosis, saat ini masih di bawah Kejadian Luar Biasa (KLB). “Jika dibanding di tahun 2013 lalu, kasus leptospirosis mencapai ratusan dan yang meninggal mencapai 9 orang,” pungkasnya.
Meningkatnya kasus leptospirosis, kata Asrul Sani, karena banyak warga menganggap enteng terhadap gejala-gejala penyebab leptospiras, seperti pegal-pegal, meriang, mata menguning, maupun persendian terasa sakit.
“Ah sebentar lagi banjir, lha itu, jadinya meski terserang gejala lepto, warga malah menunda pemeriksaan medis. Ya jadinya selama dua bulan terakhir banyak yang terserang. Padahal kalau warga segera memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, maka gejala leptospirosis segera teratasi,” ucapnya.
(MUHLIS/MK)
