SUMENEP, koranmadura.com – Akibat cuaca yang tak menentu selama beberapa waktu terakhir di wilayah Kabupaten Sumenep, membuat sejumlah petambak udang di Lapa Taman, Kecamatan Dungkek, terpaksa memanin udang hasil budidayanya lebih awal.
Salah seorang petambak di desa tersebut, Sadik, menuturkan bahwa sejak beberapa terakhir banyak udang miliknya mati karena terserang penyakit. “Itu karena cuaca yang terkadang panas, terkadang hujan,” katanya, Rabu (26 Oktober 2016).
Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, dia bersama petambak lain memilih memanen udang hasil budidayanya lebih awal. Jika cuaca normal, sambungnya, biasanya udang baru bisa dipanen setelah berumur dua bulan lebih. Namun karena cuaca tak normal, panen dilakukan meski umurnya baru satu bulan setengah.
Akibat dipanen lebih awal, hasil yang diperoleh petambak menurun. Biasanya, dalam satu hektare lahan, sekali panen bisa menghasilkan udang sampai dua ton. Namun saat ini hanya 600 kwintal dalam sekali panen.
Sementara terkait harganya, menurut dia tergantung ukuran. Jika besar dan memenuhi standar, harganya bisa mencapai Rp 65 sampai 70 ribu per kilo gram (kg). Sementara udang berukuran kecil dijual dengan harga Rp 40 ribu per kg. “Tapi kalau hasil panen yang sekarang ukurannya kecil-kecil. Karena dipanen sebelum waktunya,” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang pengepul, Abdur Rahman, juga mengakui jika pasokan udang saat ini dari para petambak mengalami penurunan. Sehingga pengiriman stok udang ke pelanggan juga menurun.
“Biasanya kalau cuaca normal kita bisa mengirim sampai 10 ton lebih dalam seminggu. Tapi sekarang saya hanya bisa mengirim 7 ton. Harganya sesuai dengan ukuran,” tuturnya. (FATHOL ALIF/RAH)
