SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Moh Jakfar mengatakan, produksi garam tahun 2016 tidak sesuai yang diharapkan pemerintah. Anjloknya produksi disebabkan karena anonali cuaca (kemarau basah).
Baca: Musim Ini, Petani Garam Hanya Panen 3 Kali
Produksi Garam Menurun 80 Persen
Hasil Panen Sedikit, Petani Garam Cari Penghasilan Lain
Hingga akhir September 2016, produksi garam di kabupaten ujung timur Pulau Madura baru 16.686,4 ton dari target produksi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. “Jadi masih sangat jauh dari yang ditargetkan kementerian,” katanya, Rabu (12 Oktober 2016).
Menurutnya, tahun ini mayoritas petani mulai menggarap lahan pegaraman mulai minggu keempat di bulan Agustus hingga akhir September. Sementara awal Oktober di Sumenep sudah mulai turun hujan.
Kondisi tersebut sangat jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, petani mulai menggarap lahan sejak bulan Juni dan bisa memproduksi sejak awal Agustus hingga akhir November. “Tahun ini waktu normal bagi petani garam di Sumenep hanya sekitar 40 hari,” jelasnya.
Pada tahun 2015 total produksi garam Kabupaten Sumenep sekitar 227 ribu ton. jumlah ini mencapai 8,7 persen dari total produksi garam nasional sebanyak 2,7 juta ton. Sementara produksi garam pada musim tanam 2014 sekitar 292 ribu ton, dengan luas lahan garam rakyat di wilayah timur Pulau Garam Madura ini sekitar 2.060 hektar yang tersebar di 10 kecamatan.
Menurut Jakfar, jika anomali cuaca berlangsung hingga tahun 2017, DKP akan memberikan terobosan baru. Salah satunya dengan cara membuat lahan pegaraman dengan sistem piramida. Sehingga, meskipun musim penghujan, petani garam tetap bisa berproduksi sebagaimana biasanya. Praktik itu telah diterapkan oleh sejumlah petani garam di Bali.
Selain itu, DKP akan mencanangkan lahan garam terintegrasi. Saat ini DKP telah menyiapkan lahan seluas 4 hektar. Nantinya, semua kebutuhan mulai biaya pengelolaan, pengasaan sejumlah sarana dan prasarana akan dibiayai pemerintah. “Bagaimanapun petani harus dilindungai agar tetap bisa berproduksi,” tegas Jakfar.
Untuk diketahui, secara nasional target produksi garam tahun ini mencapai 3 juta ton dengan target luas lahan produksi 24 ribu hektar. Kabupaten Sumenep mempunyai luas area pegaraman mencapai 2.068 hektar dengan target produksi 268.840 ton.
Luas lahan pegaraman di Sumenep tersebar di Kecamatan Kalianget, Saronggi, Pragaan, Gili Genting, dan Dungkek. Sementara untuk biaya produksi garam, dalam satu hektare lahan, membutuhkan biaya sekitar Rp 2 juta.
Dalam dalam satu hektar lahan garam menghasilkan produksi sekitar 80 ton sampai 90 ton dengan perbandingan kualitas garam, KW 1 60 persen , dan KW 2 40 persen, jika cuaca normal. (Junaidi/MK)
