SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumenep, Sofiyanto, enggan membandingkan pola pengembangan potensi wisata dengan daerah lain. Misalnya dengan Banyuwangi yang selama beberapa waktu terakhir terus mengalami perkembangan cukup pesat.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumenep, Sofiyanto, mengatakan kabupaten paling timur Pulau Madura ini berbeda dengan Banyuwangi dalam segala aspek. Sehingga dia menolak jika dalam hal pengembangan pariwisata kedua kabupaten di Jawa Timur ini selalu dibanding-bandingkan.
“Terkait pengembangan pariwisata di Sumenep, mungkin teman-teman media selama ini selalu menyebut-nyebut Banyuwangi. Tapi yang perlu dipahami, Sumenep dan Banyuwangi berbeda dari berbagai aspek,” kata mantan Kabag Humas Pemkab itu, Rabu (26 Oktober 2016).
Menurut pria yang akrab disapa Sofi itu, di Banyuwangi terdapat sejumlah perusahaan besar. Sebut saja perusahaan semen Gersik dan Bosowa. Sementara di Sumenep tidak demikian. “Kalau di Banyuwangi, yang membiayai publikasinya itu Gersik dan Bosowa,” ujarnya.
Namun begitu, Sofi menegaskan bahwa pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep selama ini tidak lumpuh hanya karena Sumenep tidak ada perusahaan besar yang bisa membantu Pemkab dalam hal pembiayaan. Dikatakan, pengembangan pariwisata sejauh ini tetap berjalan.
“Tentang pengelolaan potensi wisata, kita tidak serta merta hanya bertujuan untuk meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah). Tapi kita juga menginginkan agar pariwisata di Sumenep bisa berdampak positif kepada masyarakat. Kita tidak ingin PAD tinggi, tapi (perekonomian) masyarakat kita mati,” bebernya. (FATHOL ALIF/RAH)
