Oleh: MH. Said Abdullah
Dua tahun kepemimpinan Jokowi-JK berdasarkan jajak pendapat dan analisa berbagai kalangan memberikan gambaran menggembirakan. Pada tingkat tertentu bahkan keyakinan masyarakat pada pemerintah sekarang ini tergolong tertinggi dibanding kepemimpinan lainnya selama era reformasi.
Hasil survei Litbang Kompas yang secara rinci mencoba menggali tingkat keyakinan publik lagi-lagi memperlihatkan kecenderung di luar dugaan. Tingkat keyakinan masyarakat pada perbaikan kondisi politik dan keamanan mencapai 80,5 persen. Pada perbaikanan konisi penegakan hukum mencapai 78,3 persen. Keyakinan pada perbaikan kondisi ekonomi mencapai 79 persen sedang tingkat keyakinan perbaikan kondisi kesejahteraan sosial mencapai 83,7 persen.
Angka-angka hasil survei Litbang Kompas tentang kinerja pemerintahan itu sebagaimana dimuat Kompas, akhir pekan lalu dilakukan kepada 12000 responden yang sama secara periodik triwulanan. Surrvei dilakukan 29 September sampai 9 Oktober 2016.
Tak hanya dari kajian media nasional yang memaparkan kecenderungan positif itu. Kukmin, salah satu media terbesar di Korea, hasil analisanya terhadap dua tahun perjalanan presiden Jokowi, bernada sama. Kukmin dengan judul provokatif menyebut “kepemimpinan Jokowi melesat karena anti korupsi dan pro dunia usaha.” Pelan namun meyakinkan, papar Kukmin Jokonomics mulai membuahkan hasil yang menggembirakan. Tingkat kepercayaan publik terhadap Pemerintah mengalami peningkatan hingga angka 66,5 persen.
Disebutkan Kukmin, popularitas Jokowi mulai terpancar setelah bertindak tegas terhadap kapal-kapal asing pencuri ikan di perairan Nusantara. Konsistensi kebijakan ini mendapatkan nilai plus walaupun terdapat tekanan yang tidak pernah berhenti. Bahkan untuk menegaskan kedaulatan NKRI, sang presiden tidak jarang hadir di wilayah terluar Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi juga dinilai positif dimana dalam kuartal kedua tahun ini naik 5,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain saham yang mulai membaik (13%), nilai tukar rupiah terhadap dolar juga mengalami perbaikan kisaran 5%. Di sisi lain, infrastruktur yang dijanjikan selama ini terlihat jelas pembangunannya di berbagai wilayah Indonesia. Hal yang masih dianggap menjadi tantangan adalah soal pembangkit tenaga listrik, kereta cepat dan kehadiran investasi asing yang lebih besar.
Berbagai data dan fakta tentang keyakinan publik itu menegaskan bahwa pemerintahan sekarang ini memang bekerja keras sehingga memberikan harapan perbaikan. Berbagai tantangan berat terkait merosotnya ekonomi dunia akibat antara lain menurunnya harga minyak dampaknya sudah pasti terasa di negeri ini. Namun realitas itu karena disikapi kesungguhan kinerja pemerintah, masyarakat tetap merasa memiliki keyakinan dan harapan pada pemerintah sekarang ini.
Harapan tinggi yang masih melekat itu disamping dapat menjadi modal kerja, sudah tentu harus menjadi perhatian pemerintah untuk bekerja lebih sungguh-sungguh. Hasil survei Litbang Kompas misalnya menyebutkan bahwa persoalan paling mendesak di bidang ekonomi terkait stabilitas harga sembako yang mencapai 43,75 persen. Harapan lain yang tergolong tinggi dalam bidang penegakan hukum masih soal KKN yang mencapai 46 persen. Untuk bidang kesejahteraan sosial tertinggi terkait masalah kemiskinanan mencapai 33,75 persen.
Tiga harapan dan keluhan masyarakat yang relatif tinggi itu harus dicermati pemerintah agar momentum kepercayaan tinggi tidak menimbulkan arus balik menjadi kekecewaan masyarakat. Bagaimanapun keyakinan dan harapan sudah pasti pada titik lebih lanjut menuntut bukti-bukti riil. Masyarakat ingin merasakan langsung hasil dari keyakinan dan harapannya itu.
Modal sosial dalam bentuk keyakinan dan harapan terpancang tergolong sangat tinggi. Kini yang terbentang menjadi tantangan adalah kerja keras seluruh jajaran pemerintah sampai pada pemerintah daerah di seluruh Indonesia. (*)
* Penulis adalah Wakil Ketua Banggar DPR RI