JAKARTA-Pengamat Politik Yudi Latif mengaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masih sulit. Bahkan, dalam kehidupan tata negara pemerintahan, nilai-nilai Pancasila saat ini sulit dijalankan. Begitupun dengan persoalan ekonomi, pengamalan Pancasila juga belum dilakukan. “Dalam situasi negara yang sudah merdeka saat ini, masyarakat masih mengalami ekonomi yang terjajah. Menurut Bung Karno sangat simpelnya, yakni menjual barang semurah-murahnya, namun membeli dengan mahal,” kata Yudi Latif dalam diskusi “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Refleksi Hari Kesaktian Pancasila” bersama Pimpinan F-PKB MPR Abdul Kadir Karding di kompleks parlemen, Jakarta, (3/10)
Menurut Yudi, untuk mengamalkan Pancasila harus dimulai dari diri sendiri. Salah satunya, sebisa mungkin Pancasila harus menjadi life style atau gaya hidup.
Dalam hal ini, setiap orang harus mampu menciptakan kenyamanan hidup bersama satu sama lain. ”Pancasila saat ini diajarkan di sekolah dasar, tetapi tidak menjadi life style,” tandasnya.
Yudi menilai, kunci pengamalan nilai filosofis dan pandangan hidup Pancasila terletak pada institusi budaya, politik, dan ekonomi. Tiga bidang itu menjadi penentu posisi Pancasila menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Namun, penerapan Pancasila dalam tiga institusi itu saat ini masih minim.
Yudi menilai, gagasan revolusi mental yang disinggung pemerintahan saat ini adalah bagaimana melembagakan Pancasila. Sayangnya, hal itu tidak terjadi dalam kehidupan ketatanegaraan. ”Kita banyak menyusun Undang Undang, tetapi kita tidak menggunakan pola pikir Pancasila sebagai dasar,” kata Yudi.
Di tempat yang sama, Ketua Fraksi PKB untuk MPR Abdul Kadir Karding menyatakan, memang banyak kegelisahan terkait keberadaan bangsa, rakyat, dan institusi negara. Parametrnya adalah imlementasi Pancasila yang jauh dari prakteknya. Hal itu terlihat dari banyak perilaku social seperti korupsi, main hakim sendiri, ataupun kenakalan remaja. ”Bahkan saat ini orang saling hujat secara terbuka di media social, seakan dunia milik dia sendiri,” kata Karding. (Angga Bratama)