SUMENEP, koranmadura.com – Pengembangan sapi menggunakan teknologi inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep selama ini masih mengalami kendala minimnya inseminator.
Dengan menggunakan teknologi IB, seekor sapi jantan bisa membuahi sampai 400 sampai 500 ekor sapi betina pilihan dengan kualitas yang sama dengan perkawinan alami. Padahal biasanya sapi jantan hanya bisa membuahi sapi betina lima sampai sepuluh ekor betina. Pola pengembangan sapi melalui teknologi seperti ini dinilai menjanjikan.
Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, mengaku jika selama ini Pemkab telah menerapkannya. Hanya saja masih ada beberapa kendala yang dihadapi pemerintah daerah. Salah satunya minimnya tenaga inseminator.
Dikatakan, di Kabupaten Sumenep sekarang masih memiliki delapan tenaga inseminator yang berstatus aparatur negeri sipil (ASN) dari 27 kecamatan. Jumlah tersebut dinilainya masih jauh dari kata cukup.
Mantan Ketua DPRD Sumenep dua periode menjelaskan, idealnya dalam satu kecamatan tenaga inseminator yang tersedia ialah empat orang. Sehingga kalau di kabupaten ini ada 27 kecamatan, idealnya jumlah inseminator sebanyak 108 orang.
“Demikian juga dengan pos inseminasi buatan, tiap kecamatan mestinya ada satu pos. Tapi sampai sekarang hal itu belum terealisasi,” paparnya.
Data di Dinas Peternakan, secara keseluruhan populasi sapi di Sumenep mencapai 354.731 ekor. Jumlah tersebut terbanyak di banding daerah-daerah lain di Indonesia. Bahkan, Kepulauan Sapudi tercatat sebagai daerah yang memiliki populasi sapi terpadat di dunia, yakni 40 ribu ekor. (FATHOL ALIF/RAH)
