SUMENEP, koranmadura.com – Minimnya anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep dalam rangka perayaan hari jadi ke 747 tahun 2016, menyebabkan agenda napak tilas perjuangan Adipati pertama Sumenep, Arya Wiraraja di bekas keratonnya di Kecamatan Batuputih ditinggalkan.
Agenda tersebut bisa dibilang sangat penting dilakukan, guna mengenang lokasi berdirinya Kadipaten yang didirikan pada tahun 1269 di kota Sumekar silam. Saat ini banyak masyarakat pribumi yang belum mengetahui sejarah Kabupaten Sumenep secara massif. Karena hampir setiap tahun agenda napak tilas dilakukan di pusat kota.
“Prosesi Arya Wiraraja tetap ada tapi dilakukan di depan masjid jamik,” kata Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Disbudparpora Kabupaten Sumenep Sukaryo, Selasa (18 Oktober 2016).
Informasinya, kadipaten pertama didirikan di Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih. Itu ditandai denga adanya satu situs berupa batu yang menyerupai gentong air. Diduga sebagai salah satu peninggalan Arya Wiraraja.
Menurutnya, nantinya panitia akan membuatkan tribun semi permanen di Jalan Trunojoyo, tepatnya di Depan Masjid Jamik Sumenep. Itu akan difungsikan sebagai tempat bagi masyarakat dan wisatawan untuk menyaksikan penyerahan prosesi penyerahan Pataka (Bendera) dari Adipati Arya Wiraraja (Adipati Pertama Sumenep) kepada Bupati Sumenep A Busyro Karim, yang melambangkan A. Busyro Karim didaulat untuk melanjutkan kepemimpinannya.
“Napak tilas memang bagus, tapi membutuhkan anggaran yang cukup besar,” tegasnya.
Dalam rangka menyambut hari jadi Sumenep ke 747 tahun 2016, Pemerintah Daerah menyiapkan anggaran sebesar Rp700 juta. Anggaran yang bersumberkan dari APBD tahun 2016 akan direalisasikan untuk membiayai sebanyak 31 macam kegiatan, terkecuali agenda napak tilas. Semua kegiatan tersebut akan berakhir pada 31 Oktober 2016.
Selama ini agenda napak tilas di Desa Batu Putih pernah dilakukan oleh sejumlah wisatawan asal Bali. Besar kemungkinan, mereka masih ada hubungan darah dengan Pangeran Arya Wiraraja.
“Tapi bentukanya tidak resmi, mereka hanya sekadar berkunjung dan melakukan penelitian,” tegas Sukaryo. (JUNAIDI/RAH)
