BANGKALAN, koranmadura.com – Unjuk rasa menuntut Ahok diadili yang digelar ribuan umat Islam di depan Markas Polres Bangkalan, Jawa Timur, Jumat 4 Oktober 2016, menyisakan sampah. Kardus dan kemasan gelas air mineral serta plastik jajanan ringan bertebaran memenuhi dua ruas jalan Halim Perdana Kusuma.
Sampah itu jadi berkah bagi Mamad, 45 tahun, Warga Kelurahan Mlajah, Kecamatan Kota Bangkalan. Setelah pendemo membubarkan diri, Mamad dengan cekatan memungut bekas kemasan air mineral dan memasukkan ke dalam zak yang dibawanya.
“Harus cepat mas, sebelum yang lain datang,” kata dia.
Baca: Demo Ahok, Polisi Minta Toko Tidak Tutup
Betul saja, tak lama berselang, dari mulut gang samping gerai mini market depan Polres, muncul gerombolan anak-anak dan dua orang dewasa dengan karung di tangan. Mereka juga dengan cekatan memungut sampah bekas air mineral yang dijumpai.
“Saya bantu bapak ambil botol,” kata Rudi, 12 tahun, warga Kelurahan Mlajah, satu dari gerombolan pemulung yang baru datang.
Rudi tampak sangat ahli memilah mana gelas bekas kemasan yang masih punya nilai jual dan yang tidak. Gelas plastik yang pecah lebar di bagian dia lewatkan. Hanya gelas plastik utuh yang dipungutnya. “Kalau pecah disini gak laku,” kata dia.
Baik Mamad atau pun Rudi mengaku memulung bukan profesi yang ditekuni. Mamad bilang dia bantu istrinya, sementara Rudi membantu ayahnya dan masih bersekolah. Namun karena sampah plastik itu masih punya nilai rupiah, Mamad tidak gengsi mengambilnya. Apalagi sampah sisa demo berlimpah.
“Dengan harga seribu lima ratus per kilogram, saya bisa dapat tiga puluh ribu sekarang,” kata Mamad sambil mengangkat karung di tangannya kemudian menaksir beratnya.
Tak sampai setengah jam, sampah bekas air mineral itu sudah ludes. Hanya tersisa sampah plastik makanan ringan yang tidak punya nilai jual dan tugas ‘pasukan kuning’ membersihkannya. (ALMUSTAFA/RAH)
