SUMENEP, koranmadura.com – Sejumlah warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Sumenep, Jawa Timur, terus didorong untuk mempunyai keterampilan khusus. Tujuannya, selain mempunyai penghasilan, juga sebagai bekal saat mereka keuar.
Alahasil, mayoritas dari 162 waega binaan telah mempunyai keahlian masing-masing yang kualitasnya tudak kalah bagus dengan kreativitas bukan warga binaan. Ada yang membatik, dan juga ada yang hobi merajut dengan berbagai motif dan bentuk yang berbeda. Seperti, membuat patung ayam merak, pecut, yang terbuat dari benang.
Kendati demikian, mereka mengeluhkan lantaran kretivitasnya tidak didukung dengan permodalan yang mempuni. Sehingga untuk mengembangkan kreativitas mereka kesulitan. “Kalau bahan kami beli sendiri,” kata salah satu warga binaan yang mempunyai skil membuat patung ayam merak, Misnawan (26) saat ditemui di Rutan Kelas IIB Sumenep, 29 November 2016.
Selain itu, minimnya fasilitas terkadang menjadi pemicu terhambatnya pengembangan kreativitas mereka. Terkadang mereka kehabisan ide saat merancang kretivitasnya. Selama ini, pihak rutan tidak menyediakan instruktur khusus.. “Belajar sendiri sama teman,” jelasnya.
Menurut Misnawan, untuk menyelesaikan satu unit ayam meraka ukuran besar membutuhkan waktu sekitar empat hari. Sementara jenis ayam merak kecil diperkirakan membutuhkan waktu selama dua sampai tiga hari. Hasil kerajinannnya itu hanya dijual kepada pengunjung setiap hari dengan harga yang sangat murah, yakni Rp 300 ribu untuk burung merak ukuran besar.
Sedangkan hasil dari penjualan tersebut sebagian dikirimkan ke keluarga mereka untuk membantu perekonomian keluarga, sebagian lain dijadikan tabungan agar mereka mempunyai bekal apabila masa tahanan mereka sudah habis.
“Insya Allah kami juga akan mengembangkan apabila nanti pulang ke rumah. Kami akan mencoba untuk memasarkan di sejumlah pasar tradisional,” jelasnya.
Sementara Kepala Rutan Kelas II B Sumenep, Ketut Akbar Akhyar tidak menampik belum adanya bantuan permodalan. Namun, dirinya mengaku terus mensupport dan mencari solusi agar hasil kerajinan warga binaan bisa dipasarkan di luar Rutan Kelas IIB.
“Mereka kami fasilitasi dengan cara membntuk ketua tim yang terdiri dari lima orang. Lima orang itu nanti bisa menelurkan ilmunya kepada warga binaan yang lain,” jelasnya.
Mereka diberi kebebasan untuk mengembangkan kreativitas mereka dari pukul 9.00 hingga pukul 11.00. Setelah itu warga binaan mengikuti kegiatan rutinitas yang lain, seperti sholat berjemaah dan kegiatan yang lain. “Ada yang baru satu bulan, tapi dia sudah pintar merajut,” tegasnya.
Wakil Bupati Sumenep Ach Fauzi mengatakan, siap membantu warga binaan yang saat ini mendekam di Rutan Kelas IIB Sumenep. Meskipun mereka telah berperilaku yang melawan hukum, namun pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk membantu guna merealisasikan hasil kreativitas mereka.
“Nanti kami akan komunikasikan kepada Disperindag untuk meninjau hasil kretivitas warga binaan. Dengan begitu bisa diketahui apa saja yang dibutuhkan,” tegas orang nomor dua dilingkungan Pemkab Sumenep itu. (JUNAIDI/MK).
