SUMENEP, koranmadura.com – Asni yang masih duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar (SD) mestinya masih menikmati masa kecilnya dengan bermain, namun impitan ekonomi orangtua membuatnya terpaksa harus bekerja. Aktivitas sepulang dari sekolah memulung sampah.
Anak asal Desa Kacongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, itu berjalan kaki ke area perkotaan untuk mencari barang bekas. Setiap harinya, barang bekas yang dihasilkan diperkirakan mencapai 8-12 Kg.
Asni memiliki dua saudara, yaitu Asna dan Asno. Keduanya masih duduk di bangku kelas IV SD. Di luar jam sekolah mereka membantu sang ibu Khatijah bercocok tanam di sawah.
“Kalau sudah besar nanti, saya ingin jadi dokter. Sehingga bisa membantu orang lain, utamanya bagi keluarga yang kurang mampu,” tutur Asni saat dijumpai di Kantor Markas Polisi Resor Sumenep, Jum’at, 9 Desember 2016.
Dari hasil jerih payahnya mngumpulkan barang bekas, Asni setiap hari mendapatkan uang Rp10.000. Uang itu kemudian dia berikan kepada sang bapak, Slamet, untuk meringankan kebutuhan keluarga.
Slamet menceritakan kehidupan sehari-hari di rumahnya yang serba terbatas. Keterbatasan ekonomi memaksa dirinya menjadi pemulung untuk memenuji kebutuhan anak dan istrinya.
Slamet mengaku sudah lama menjalani profesi yang tidak diharapkan itu. Ia terpaksa menjalani profesi itu karena beban ekonomi dan rasa tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga. “Sudah lama,” katanya malu-malu.
Pria paro baya itu mengungkapkan, sebagai orang tua, dirinya merasa bersalah saat melihat anak bungsunya menjadi pemulung. “Kalau dirumah pasti tinggal sendirian. Karena dua saudaranya berada di ladang bercocok tanam membatu ibunya,” jelasnya.
Selain untuk kebutuhan sehari-hari, hasil pengumpulan barang bekas disisihkan untuk biaya sekolah ketiga anaknya. Sebagai orang tua, dirinya tidak ingin ketiga anaknya putus sekolah.
Namun, selama musim penghujan ia sudah tidak biasa menyisihkan untuk biaya sekolah ketiga anaknya. Itu karena harga barang bekas mengalami penurunan yang cukup drastis.
Saat musim kemarau hasil penjualan barang bekas bisa mencapai Rp30-40 ribu, saat ini hanya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp15-25 ribu sehari. “Ya hanya cukup untuk makan keluarga sehari. Besok harus cari lagi,” jelasnya. (JUNAIDI/MK)
