BANGKALAN, koranmadura.com – Memakai kemeja putih lengan pendek, Muhammad Sahril, tampak santai duduk di atas kursi di ruang tamu rumahnya di Desa Paseseh, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Selasa 6 Desember 2016.
Tak ada gurat trauma sedikit pun di wajahnya. Matanya berbinar dan terus tersenyum. Padahal pria 50 tahun ini baru saja mengalami musibah. Dia salah satu penumpang Kapal Sinar Mutiara, kapal pengangkut ternak ini karam di perairan Ketapang, Kabupaten Sampang Senin kemarin.
“Saya tidak trauma, ini adalah kali ketiga, kapal yang saya tumpangi karam,” kata dia.
Baca: Kapal Tenggelam di Perairan Katapang
Pengalaman pertama Sahril ikut kapal karam terjadi pada 2004 terjadi saat mengirim ternak ke Banjarmasin. Berikutnya pada 2008, kapal yang ditumpanginya karam di perairan Kalimantan Barat.
“Jadi tiga kali, dua ke Banjarmasin, satu ke Pontianak,” tutur dia.
Menurut Sahril, saat kapal berangkat dari Pelabuhan Telaga Biru, cuaca bagus. Namun sesampainya di Ketapang, cuaca tiba-tiba memburuk. Ombak setinggi 3 meter menghantam kapal. Nahkoda sempat putar balik. Namun air sudah terlanjur memenuhi dek paling bawah, upaya ABK untuk menguras tak membuahkan hasil. Kapal pun oleng ke kanan setelah salah satu lambung pecah akibat tekanan air.
“Kami melompat ke air berpegangan pada rakit, sampai ditolong kapal nelayan dari Lamongan,” ujar dia.
Syahbandar Pelabuhan Telaga Biru, Edi Kuswanto, mengatakan 25 penumpang termasuk Sahril selamat setelah terombang ambing selama 16 jam di laut lepas. Sinar Mutiara adalah kapal pengangkut ternak asal Kabupaten Bangkalan. Kapal ini karam di perairan Ketapang, Kabupaten Sampang, Senin 5 Desember 2016, dalam perjalanan mengirim ternak ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Data Unit Pelaksana Pelabuhan Telaga Biru menyebutkan kapal Sinar Mutiara bermuatan 140 ekor sapi dan kurang lebih 710 ekor kambing. Serta 25 orang terdiri dari 9 ABK dan nakhoda serta 16 pendamping atau pemilik ternak.
Menurut Edi, kapal berbobot 50 gross tone ini berangkat dari Pelabuhan Telaga Biru sekitar pukul 14.00 WIB. Sesampainya di perairan Ketapang, Kabupaten Sampang, kapal yang dinakhodai Ali Imron ini mendadak diterjang ombak setinggi 3 meter. Cuaca laut tiba-tiba memburuk. Kapal pun karam berikut seluruh ternaknya. Sementara ABK dan pendamping ternak menyelematkan diri dengan melompat ke laut. Kapal karam sekitar pukul 16.00 WIB.
“Waktu berangkat cuaca normal, laporan BMKG cuaca juga normal, jadi kami izinkan berangkat,” ujar dia.
Edi menambahkan setelah mendapat laporan kapal karam, pihaknya langsung mengerahkan tiga kapal untuk mencari para korban, namun tidak berhasil. Beruntung, ada kapal nelayan asal Lamongan yang menemukan para korban dan lantas menolong mereka.
“Ditemukan pukul delapan tadi pagi dan jam dua belas baru sampai di sini,” terang dia. (ALMUSTAFA/RAH)