BANGKALAN, koranmadura.com – Terhentinya renovasi gedung Sekolah Dasar Negeri Saplasah di Kecamatan Sepuluh, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sejak sebulan lalu menyebabkan suasana belajar siswa tidak nyaman.
Mereka terpaksa belajar dalam kelas yang dipenuhi tumpukan bahan bangunan dan sisa material. Sebagian siswa, bahkan belajar di teras sekolah. “Terhenti karena pekerjanya mogok,” kata Sekertaris Desa Sapalasah, Asy’ari, Kamis, 7 Desember 2016.
Menurut Asy’ari, pekerja renovasi yang mayoritas warga sekitar mogok karena upah belum dibayar oleh pihak sekolah sejak renovasi dimulai awal November lalu. Total upah yang belum dibayar mencapai Rp 42 juta. “Kami sudah tanya ke bendahara sekolah, katanya anggaran sudah cair dua ratus juta lebih, tapi dipegang kepala sekolah,” ujar dia.
Masalahnya, lanjut Asy’ari, Kepala Sekolah SDN Saplasah, Kandiawan jarang datang ke sekolah. Sebulan hanya masuk dua kali. Dihubungi via telepon oleh Asy’ari, Kandi sempat mengatakan bayaran pekerja akan dicairkan setelah termin ke 3 cair.
Namun, kata Asy’ari, setelah diklarifikasi ke UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sepuluh, anggaran termin ke 3 yang dimaksud Kandi telah dicairkan. “Lalu siapa yang benar, kami bingung,” ungkap dia.
Ditemui terpisah, Kepala Pengawas UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sepuluh, Ridwan enggan berkomentar soal SDN Saplasah. Dia mengisyaratkan agar masalah tersebut tidak diekspose.
Dia sedang mengupayakan masalah tersebut diselesaikan di internal lembaga. “Pak kepala sekolah sudah kami panggil ke sini, tapi belum datang. Tolong ya, kami akan selesaikan masalah di internal,” terang dia.
Kisruh renovasi gedung SDN Saplasah telah didengar anggota DPRD Bangkalan dari Dapil Sepuluh, Sahri. Dia mengatakan akan meminta Komisi D yang membidangi masalah pendidikan agar memanggil semua pihak terkait. Agar pokok permasalah bisa diketahui dan dicarikan jalan keluar. “Jangan sampai masalah berlarut dan mengorbankan siswa,” kata dia. (ALMUSTAFA/MK)
