SAMPANG, koranmadura.com – Asyifa, bayi berumur 18 bulan dengan kondisi serba kekurangan di tubuh bagian wajahnya, dirawat dengan kondisi seadanya oleh keluarganya. Bayi dari pasangan suami istri (pasutri) Asmawi (35) dan Suaibah (25) asal warga Dusun Lembanah, Desa Tlambah, Kecamatan Karang Penang, hidup di pelosok desa dengan serba keterbatasan ekonomi.
Asmawi mengatakan, meski anaknya dalam kondisi kekurangan yakni di bagian mata, hidung dan mulutnya, dirinya tetap berharap anaknya dalam keadaan sehat meski kehidupannya serba kekurangan.
“Kami ini hanya seorang petani, hanya memeriksakan kondisi anak saya ke bidan setempat, dan tidak sanggup ke rumah sakit” tuturnya saat di temui di kediamannya, Rabu 4 Januari 2017.
Katanya, anak nomor duanya itu harus diberi makanan bertekstur halus yang encer karena di bagian mulutnya mengalami cacat sumbing separuh hingga mengenai bagian tenggorokannya, sehingg tidak bisa mengunyah makanan yang bertekstur keras. Makanan khusus untuk anaknya seharganya Rp 30 ribu per bungkus dan habis dimakan selama dua hari. Tidak hanya itu, kondisi bayi ini juga tanpa penglihatan.
“Saran bidan setempat suruh disuapin bubur sun. Kalau makanan yang keras-keras itu tidak bisa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, pasutri ini juga mempunyai anak Fitriani (5) dengan kondisi bisu yang saat ini masih duduk di bangku PAUD. Bapak dengan dua anak itu berharap, dengan mempunyai anak dengan serba kekurangan serta yang berada di pelosok desa diperhatikan aleh pemerintah setempat.
“Di balik kekurangan yang dimiliki anak-anak saya, pasti sang kuasa memberikan kelebihan. Dan saya berterimakasih kepada saudara Tretan Mamak yang menyempatkan diri menjenguk anak saya yang berada di pelosok desa,” katanya.
Menanggapi hal itu, Moh Hasan Jailani atau biasa dipanggil Tretan Mamak, saat berkunjung ke rumah bayi itu, mengatakan bahwa rasa berbagi itu meringankan beban sesama, apalagi kondisi bayi atas nama Asyifa, Fitriani dan kedua orang tuanya yang serba terbatas.
“Berbagi untuk meringankan sesama itu yang perlu dan memang seharusnya patut kita lakukan, supaya kita mengetahui arti kehidupan,” ucapnya.
Mamak melanjutkan, dengan bertemu langsung, dirinya meyakini akan banyak hikmah yang akan diperolehnya. Bahkan dirinya mengaku masih banyak sesama yang merasakan beban hidup berat, namun bisa dijalani dengan sabar dan tangguh untuk tetap menerima kenyataan yang dialaminya.
“Ini pelajaran berharga buat kita semuanya. Semoga keluarga bayi itu penuh dengan rasa sabar dan tabah. Dan kami berharap bayi itu bisa menjalani masa-masanya layaknya anak-anak pada umumnya,” tandanya. (MUHLIS/RAH)
