SAMPANG, koranmadura.com – Jelang malam perayaan tahun baru Imlek 2568, kaum minoritas Tionghoa di Kabupaten Sampang menggelar perayaan dengan cukup sederhana. Fernandi, salah satu warga Tionghoa Sampang mengatakan, perayaan hari raya imlek merupakan budaya dengan maksud untuk memberikan penghormatan kepada leluhur yang sudah meninggal dunia.
Katanya, penghormatan yang diberikan yaitu berupa doa, sebab dirinya meyakini, di malam tahun baru imlek, arwah para leluhurnya akan turun dan mendatangi rumahnya. “Di malam tahun baru imlek, arwah leluhur kita akan turun dan datang ke rumah kita,” katanya kepada awak media, Jumat 27 Januari 2017.
Selain itu, dalam perayaan imlek ini mereka berharap medapatkan kebahagiaan, perlindungan, dan rejeki. “Keyakinan kami seperti itu, memang dalam perayaan imlek pada umumnya itu ada kegiatan bagi-bagi angpao. Tapi kami lakukan dengan seadanya saja,” ucapnya.
Di sisi lain, dirinya berharap, warga Tionghoa bisa tetap dan selalu diterima di negara indonesia, termasuk di Madura. “Harapannya cuma satu, toleransi umat beragama bisa ditingkatkan. Kami berharap bisa sepenuh hati diterima di indonesia, sebab hakikatnya kita ini sudah menjadi warga negara indonesia,” tuturnya.
Disinggung nasib kaum Tionghoa yang hanya minoritas di Sampang, Fernandi mengatakan bahwa warga Sampang sudah menerimanya cukup baik. Karena di Sampang hanya kaum minoritas, sehingga tidak ada gesekan. “Kita sudah diperlakukan cukup baik oleh warga Sampang. Mudah-mudahan kerukunan ini tetap terjaga,” harapnya. (MUHLIS/BETH)
