SUMENEP, koranmadura.com – Sejak beberapa bulan terakhir nelayan asal Pulau Giliraja, Kecamatan Gili Genting, Sumenep, Jawa Timur, diresahkan oleh masuknya nelayan asing ke daerah tersebut.
Salah satu nelayan asal Giliraja, Suswanto mengaku resah atas masuknya nelayan asing karena mengakibatkan hasil tangkapan menurun drastis. “Kami tidak akan buruk sangka, yang jelas semenjak adanya nelayan asing, hasil tangkapan nelayan di sini menurun,” katanya, Selasa, 21 Februari 2017.
Tokoh pemuda asal Giliraja, Syaiful Anang mengaku resah dengan masuknya nelayan asing karena masuknya nelayan asing yang menggunakan alat tangkap modern (jariny aserehe) dinilai melumpuhkan perekonomian nelayan lokal.
Jaring aserehe, kata Syaiful, terdiri dari 10 lapis, selain merusak ekosistem laut juga merusak keberlangsungan perkembangan ikan. Apabila nelayan menggunakan jenis jaring aserehe itu semua jenis ikan bisa ditangkap, termasuk jenis ikan teri yang ukurannya sangat kecil.
Sementara nelayan lokal mayoritas menggunakan alat tangkap tradisional sehingga terkadang hasil tangkapan setiap kali melaut sedikit dan nelayan menjadi rugi.
“Kalau ikan kecil sudah ditangkap nelayan asing, maka ikan apa yang mau ditangkap nelayan lokal, yang jelas nelayan lokal setiap hari selalu merugi,” tegasnya.
Oleh sebab itu, pihaknya meminta pemerintah daerah turun tangan untuk memberikan solusi kepada nelayan lokal. Bahkan, apabila tidak segera menemukan solusi, nelayan berjanji akan mengusir nelayan asing dengan cara mereka sendiri. “Ya ditangkap secara massal. Dulu pernah peristiwa itu terjadi di Giliraja,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Sumenep Arif Rusdi belum bisa dimintai keterangannya. Saat dihubungi melalui sambungan teleponnya tidak merespons, meskipun nada sambungnya terdengar aktif.
Kendati demikian, jaring aserehe tersebut tidak termasuk jaring yang dilarang oleh pemerintah. Jaring tersebut sifatnya pasif. Sementara jaring yang dilarang adalah jaring dengan jenis trawl. Sehingga meskipun merugikan kepada nelayan, legalitas hukumnya masih dipertanyakan. (JUNAIDI/RAH)
