SUMENEP, koranmadura.com – Cakupan daerah rawan banjir dan lonsor di Kabupaten Sumenep pada tahun 2017 meluas. Itu akibat dari kondisi cuaca yang tak menentu selama musim penghujan kali ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Saiful Arifin, mengatakan, peningkatan cakupan daerah rawan banjir dan longsor tersebut karena intensitas hujan yang tinggi.
Maraknya penebangan pohon oleh masyarakat di beberap daerah juga memicu berkurangnya kawasan serapan air dan pergerakan tanah. “Sehingga banjir dan lonsor mudah terjadi,” katanya, Kamis, 16 Februari 2017.

Menurut Saiful, dibanding tahun sebelumnya, luasan daerah banjir tahun ini meningkat 20 persen. Sedangkan kawasan rawan terjadi longsor meningkat 15 persen.
Beberapa daerah yang sebelumnya tak terdampak banjir, kali ini terdampak. Seperti Desa Pakondang Kecamatan Rubaru, Desa Saronggi Kecamatan Saronggi, dan Desa Jenangger Kecamatan Batang-batang.
Sedangkan daerah rawan longsor, menurutnya, bertambah dua desa dari sebelumnya enam desa. Dua desa dimaksud ialah Desa Soddere Kecamatan Pasongsongan dan Desa Batuampar Kecamatan Guluk-Guluk.
Untuk menanggulangi bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Sumenep, pemerintah menyediakan anggaran sekitar Rp 5 miliar. “Anggaran itu untuk semua bencana alam, bukan hanya banjir dan longsor,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MK)
