SUMENEP, koranmadura.com– Sebagian petani di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur enggan menanam tembakau karena anomali cuaca. Curah hujan yang masih tinggi pada musim kemarau ini membuat tembakau tak lagi menjadi tanaman primadona di kalanga petani Kabupaten setempat.
“Mayoritas petani tidak lagi menanam tembakau karena cuaca yang tidak menentu,” kata Rahman, salah satu petani tembakau asal Kecamatan Lenteng, 7 April 2017.
Hal senada juga diungkapkan Zarnuri, Ketua Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep banyak petani takut menanamkan modalnya untuk bercocok tanama tembakau karena hujan yang turun secara tidak teratur. “Biasanya bulan April sudah banyak yang melakukan penangkaran bibit tembakau, tapi tahun ini belum ada,” katanya.
Menurutnya, hampir 50 persen petani tembakau beralih menanam jagung, kacang-kacangan, dan juga padi serta bawang merah. Bahkan ada petani yang membiarkan sawahnya begitu saja sambil menunggu musim kemarau tiba.
“Petani mengeluh akibat anomali cuaca tahun ini, mereka jika dipaksakan menanam tembakau, kualitasnya tidak akan sebagus tahun lalu,” jelasnya.
Dikatakan, setiap tahun luas area tanaman tembakau terus mengalami peningkatan. Tahun 2016 mencapai 28.579 hektar dengan target produksi 14.366 ton. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 yang hanya seluas 21.893 hektar dengan target produksi sebesar Rp 13.136 ton. Sementara ploting area tenaman tembakau pada tahun 2014 lalu hanya seluas 21.093 hektar.
Sedangkan pada tahun 2013 ploting area tembakau seluas 21.093 hektar, tahun 2012 ploting seluas 20.358 Hektare dengan target produksi 12.215 Ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandikan tahun 2011 yang mencapai 22.333 Hektare dengan jumlah produksi 13.400 Ton.
“Namun tahun lalu lahan yang bisa ditenami tembakau hanya 40 persen dari proyeksi areal seluas 14.366 hektare dengan target produksi 8.000 ton. Lahan yang ditanami tembakau sekitar 5.747 hektare. Itu karena anomali cuaca yang tidak menentu,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Sumenep, Bambang Heriyanto mengaku tidak bisa berbuat banyak, sebab tembakau memang sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Sementra untuk ploting area tanaman tembakau tahun ini mengalami penurunan, dari awalnya 13 ribu hektar, tahun ini hanya 8 ribu hektar. Pemangkasan itu bergantung kepada luas lahan yang berpotensi ditanamai tembakau. “Ini untuk menunjang kualitas tembakau rajangan di Sunenep,” katanya.
Bambang berharap petani lebih cerdas lagi memilih bibit tembakau, kualitas bibit akan menentukan kualitas tembakau rajangan. “Kami tetap akan perjuangkan agar kualitas tembakau lebih baik ke depan, sehingga petani tidak merugi,” jelasnya. (JUNAIDI/BETH)
