SUMENEP, koranmadura.com – Meninggalnya Achmad Budi Cahyanto setelah dianiya muridnya sendiri 1 Februari 2018 lalu menyisakan duka di hampir semua lapisan masyarakat, tak terkecuali di hati MH. Said Abdullah, anggota DPR RI asal daerah pemilhan Madura.
Pria asli Kabupaten Sumenep ini mengaku sangat prihatin atas kejadian yang menimpa guru honorer di SMAN 1 Torjun Sampang itu. “Siapa pun bersedih dengan kejadian ini. Sebab ini terjadi di lingkungan pendidikan dan juga pada saat berlangsung pelajaran. Tentu saya tidak menyalahkan siapa-siapa, ini tanggungjawab kita bersama,” ujarnya kepada koranmadura.com.
Menurutnya, kejadian dimaksud adalah warning bagi semua pihak. Pendidikan tidaklah hanya tangggung jawab semua elemen masyarakat. “Adanya murid yang berprilaku kasar dan kurang santun tentu tidak bisa diselesaikan hanya oleh sekolah. Keluarga dan lingkungan juga punya tanggung jawab yang sama besarnya,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI ini.
Ia berharap keluarga yang ditinggalkan almarhum diberi kesabaran dan ketabahan. “Apalagi kabarnya istri Pak Budi sedang hamil muda. Semoga nanti anaknya lahir dengan selamat dan menjadi anak yang soleh, berbakti pada orang tua. Semoga diberi kelancaran rezeki oleh Yang Maha Kuasa,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Seperti diberitakan sebelumnya, kejadian itu bermula saat proses belajar mengajar di kelas XII SMAN 1 Torjun, Senin 1 Februari 2018. Saat itu sedang berlangsung praktek melukis. Pak Budi membimbing muridnya menuangkan ide yang ada di kepala ke atas kanvas.
MH, salah satu murid di kelas tersebut tampak acuh tak acuh mengikuti pelajaran. Bahkan ia hanya mengganggu siswa lain yang sedang belajar. Melihat hal tersebut Pak Budi menegur dan menghukumnya dengan menyapukan kuas di pipi MH.
Bukannya sadar akan kesalahannya, MH justru kalap memukul sang guru dengan beringas. Atlet bela diri itu rupanya sangat marah dengan perlakuan guru kerempeng yang cuma ahli melukis dan bermain musik itu. Beruntung siswa yang lain di kelas itu segera melerai.
Namun persoalan rupanya tidak selesai sampai di situ. Setelah pulang ke rumah, Pam Budi jatuh pingsan dan terpaksa harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Sampang. Sayangnya, pihak rumah sakit menyatakan tidak mampu dan merekomendasikan agar Pak Budi dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
Di Surabaya, dokter menyatakan Pak Budi mengalami mati batang otak. Mereka menyarakan agar ambulan yang membawanya ke Surabya tidak segera pulang kembali ke Kabupten Sampang. Mungkin dokter sudah khawatir tidak ada tindakan medis yang akan mampu menyelamatkan Pak Budi.
Dan benar, sekitar pukul 9 malam 1 Februari 2018 guru malang itu menghembuskan nafas terakhirnya. Ia meninggalkan seorang istri yang mengandung 4 bulan anak pertamanya. (BETH/MK)