BANGKALAN, koranmadura.com – Bagi warga Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, belajar agama tidak disarankan melalui Media Sosial (Mesos) yang ada di internet. Sebab, hal itu rawan terjadinya penyesatan dan bertidak secara radikal.
Hal itu disampaikan oleh, Kanit Kamsel Sat Lantas Polres Bangkalan, Ipda Wiwit Heru Santoso, saat memberikan materi pada acara Pembinaan Wawasan Kebangsaan Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), pada Selasa 12 Oktober 2021.
Menurut dia, penyuluh agama yang ada di kecamatan memiliki peran memberikan pemahaman tentang pengaruh globalisasi. Apalagi, belajar keagamaan melalui Medsos yang gampang dikonsumsi. Khawatir memberikan penjelasan yang tidak utuh.
“Di setiap desa, atau pesantren kita memiliki guru dan kiai. Lebih baik, kita belajar pada guru kita langsung yang jelas sambungan keturunannya,” jelas dia.
Pria berpangkat inspektur polisi dua memberikan saran, agar kembali kepada fitrah sebagai jati diri bangsa Indonesia. Menurut dia, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi harga mati. Pancasila tetap menajadi dasar negara.
“Kita ingatkan ke masyarakat, bahwa memperkokoh NKRI adalah salah satu menjaga keutihan negara kita,” ucap dia.
Sementara Kasi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag Bangkalan, Arif Rochman menjelaskan, di Kota Dzikir dan Shalawat sudah ada percikan yang cenderung menentang negara. Kata dia, aksi tersebut berawal paham agama radikal.
“Penyuluh agama harus bisa membaca aksi itu, agar bisa dicegah sedini mungkin. Seperti yang sempat terjadi di salah kecamatan di Bangkalan,” kata dia.
Arif, sapaan akrab dia menjelasakan, orang yang memiliki faham radikal biasanya belajar agama yang setengah-setengah. Oleh sebab itu, kata dia, jangan sampai ada terpengaruh ajaran tersebut. Karena, untuk memberikan pamahaman kembali juga sulit.
“Kalau sudah ikut faham radikal, sulit untuk disembuhkan lagi,” katanya. (MAHMUD/ROS/VEM)