Oleh : MH. Said Abdullah
Berkunjung ke Madura selama beberapa hari belakangan, sangat terasa cuaca demikian panas luar biasa. Bagi masyarakat yang menetap di Madura suasana panas ini terasa biasa dan menjadi bagian keseharian.
Harus diakui suasana panas dalam tahun-tahun belakangan ini terasa di seluruh Indonesia bahkan dunia. Fenomena lainnya cuaca kadang tidak menentu. Dari pagi hingga sore panas menyengat menjelang malam tiba-tiba hujan deras.
Perubahan cuaca yang cukup ekstrim ini perlu dicermati. Para ahli di seluruh dunia belakangan sering mengingatkan tentang pengaruh pemanasan global yang dapat menjadi ancaman serius, yang sangat mungkin lebih dasyat dari pandemi Covid-19 terhadap kehidupan di muka bumi.
Sejak era industrialisasi di Eropa hingga saat ini suhu global naik sekitar satu setengah derajat celcius. Artinya, jika pemanasan global terus dibiarkan dengan cara merusak hutan dan ekosistem lingkungan lainnya, maka ke depan pemanasan global akan semakin menjadi-jadi.
Menurut Profesor Ed Hawkins dari Universitas Reading, Inggris, saat ini tidak bisa lebih yakin lagi; tidak bisa dipungkiri dan diperdebatkan, manusia telah membuat Bumi memanas. “Konsekuensi ini akan terus berlanjut atau semakin buruk setiap kali Bumi semakin panas,” kata Prof Hawkins.
Untuk persoalan kenaikan permukaan laut, sebagai efek pemanasan global para ilmuwan telah membuat model perkiraan untuk emisi dengan level berbeda-beda. Namun, kenaikan permukaan laut sekitar dua meter di akhir abad ini tidak bisa terhindarkan — juga kenaikan lima meter pada 2150.
Perjalanan ke Madura yang berada dalam suasana panas ini, merupakan fakta obyektif pemanasan global, yang layak menginspirasi bagaimana Madura dapat menjadi pelopor penghijauan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Akan terasa dampaknya terhadap mobilitas kesadaran masyarakat seluruh Indonesia untuk bersama-sama melakukan langkah sama.
Andai saja seluruh kepala daerah tingkat II se-Indonesia, yang dipelopori empat Kabupaten di Madura ikut memberi sumbangsih sebagai bentuk kecintaan terhadap negeri ini dengan cara mencintai lingkungan, merawat sungai dan melakukan penghijauan akan terasa dasyat efeknya.
Aktivitas tersebut dapat menjadi sumbangsih kepada dunia walaupun emisi gas rumah kaca Indonesia baru 2 persen dibandingkan dengan Cina yang sudah 29 persen dan India 17 persen serta Eropa yang sudah terbabat habis.
Sekecil apapun kita perlu melakukan aksi nyata, tidak hanya pada tataran kebijakan, tapi juga implementasi seluruh pemerintah daerah dan masyarakatnya.
Dari Madura perlu segera dimulai secara massif dan berkelanjutan sehingga makin terpapar pesona: satu Madura untuk Indonesia tercinta. Dan seharusnya Indonesia menjadi pelopor untuk urusan perubahan iklim sehingga di 2045 akan nol emisi karbon atau nol emisi gas rumah kaca.
Dari Madura tebaran hijau harus segera dimulai. Ayo galakkan tanam pohon demi menyelamatkan dunia dari efek emisi gas rumah kaca.