SAMPANG, koranmadura.com – Tingginya intensitas hujan, serangan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mulai diresahkan sebagian masyarakat di Kota Bahari sebutan Sampang.
Pasalnya, akhir Desember 2021 lalu, dikabarkan ada seorang anak di bawah umur di wilayah Kecamatan Torjun, meninggal dunia akibat serangan nyamuk DBD.
“Bukan hanya di wilayah Torjun, serangan DBD juga menyerang di wilayah Jrengik. Sekarang DBD menjadi yang diresahkan warga,” ujar H, warga Jrengik kepada koranmadura.com beberapa hari lalu.
Sementara Kabid Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes KB) Kabupaten Sampang Yuliono saat dikonfirmasi soal data kasus serangan DBD di kabupaten Sampang, malah menyarankan untuk menghubungi ke bagian Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes KB.
“Nanti datanya soal kasus DBD hubungi Pak Ali ya. Nanti semuanya tanya ke Pak Ali, termasuk data-data daerah endemis,” ujarnya singkat melalui sambungan telepon, Rabu, 5 Januari 2022.
Sementara saat dikonfirmasi bagian data P2P, Dinkes KB, Moh Ali menyampaikan, menyampaikan, total penderita DBD di Sampang hingga Desember 2021 lalu yaitu mencapai 229 kasus. data jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada 2020 lalu yaitu sama diketahui sebanyak 229 kasus.
“Namun ada beberapa yang berbeda dalam data itu yakni kasus DBD di setiap Puskesmas karena ada sebagian yang mengalami angka penurunan dan ada juga yang mengalami angka kenaikan kasus DBD. Misal di Puskesmas Kamoning yang pada 2020 lalu mencapai 48 kasus DBD dan mengalami peningkatan pada 2021 mencapai 63 kasus DBD,” paparnya.
Termasuk pula, lanjut Moh Ali menyampaikan, di Puskesmas Banyuanyar juga mengalami peningkatan menjadi 61 kasus DBD pada 2021 dengan sebelumnya pada 2020 sebanyak 50 kasus DBD, serta di wilayah Puskesmas Torjun yang mencapai 19 kasus dari sebelumnya hanya 10 kasus DBD. Namun begitu, dari ratusan kasus pada dua tahun terakhir tersebut belum diketahui ada yang meninggal dunia.
“Sementara kasus yang terbanyak DBD masih di wilayah perkotaan. Dan dua tahun terakhir itu masih belum diketahui ada yang meninggal dunia akibat DBD,” paparnya.
Namun ketika dikonfirmasi soal informasi adanya anak yang meninggal dunia di wilayah Torjun akibat serangan DBD pada akhir Desember 2021 lalu, Moh Ali mengaku belum mengetahuinya, sebab data dari Puskesmas Torjun belum ditemukan adanya anak meninggal akibat DBD.
“Data (DBD) itu masih terus berjalan, mungkin mungkin data-data dari rumah sakit rekam medisnya bukan karena DBD. Karena Puskesmas Torjun menyatakan nol kasus DBD,” katanya. Muhlis/ROS/VEM