SUMENEP, koranmadura.com – Berada di desa dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 2,7 ribu, sekaligus menjadi satu-satunya sekolah negeri, tak menjamin sebuah sekolah bakal diminati banyak masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Seperti yang terjadi pada SDN Meddelan, Desa Meddelan, Kecamatan Lenteng, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Pada tahun pelajaran 2022-2023 ini, sekolah dasar tersebut tidak memiliki siswa baru.
Sementara jumlah siswa yang ada saat ini juga tak begitu banyak. Hanya 13 orang. Perinciannya: kelas 2 dan 3 masing-masing dihuni satu siswa, kelas 4 tiga siswa, kelas 5 dan 6 masing-masing empat siswa.
Kepala SDN Meddelen Sufiyati menyampaikan, pihaknya sudah berusaha maksimal menjaring siswa. Mulai dari menemui para tokoh, pemerintah desa hingga merencanakan ada program tahfidz.
“Tetapi sampai hari ini, hari pertama masuk sekolah, ternyata tidak ada (siswa baru) yang masuk ke SD ini,” kata perempuan yang baru menjabat sebagai kepala SDN Meddelan sejak Maret lalu itu.
Meski begitu, ia tetap berharap ke depan sekolah yang pernah menjadi unggulan bisa kembali maju. “Saya sebagai kepala sekolah, saya cuma kasihan kepada guru yang sertifikasi. Kalau misalnya tidak ada siswanya, ini bermasalah kepada guru kelas. Kemudian guru Mapel. Jadi mereka harus mencari jam di luar sekolah ini,” tambahnya.
Sekadar diketahui, selain SDN Meddelan, di desa tersebut juga terdapat satu Madrasah Ibtidaiyah (MI). Minimnya jumlah siswa di SDN Meddelan di antaranya diduga karen kalah bersaing dengan MI yang ada.
Selain itu, di desa ini banyak anak yang lebih memilih sekolah ke luar desa karena secara geografis lebih dekat dan memang sudah terbiasa. FATHOL ALIF/ROS/VEM