SUMENEP, koranmadura.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Madura, Jawa Timur, melaporkan bahwa hingga saat ini belum ada permintaan bantuan air bersih dari desa-desa yang biasanya rawan kekeringan.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumenep, Achmad Laily Maulidi, menduga kondisi ini disebabkan oleh fenomena kemarau basah. “Sampai sekarang belum ada permintaan suplai air bersih dari desa-desa yang biasanya rawan kekeringan, karena ya, kemarau basah ini,” jelasnya.
Kemarau basah adalah kondisi di mana musim kemarau masih disertai curah hujan, meskipun intensitasnya ringan hingga sedang. Hal ini menyebabkan dampak kekeringan tidak terlalu terasa di beberapa wilayah.
Menurut Laily, yang akrab disapa Laily, kemarau kering di wilayah Sumenep umumnya terjadi dari akhir Juni hingga Oktober. Pada periode tersebut, beberapa desa biasanya membutuhkan suplai air bersih akibat kekeringan. Bahkan, BPBD Sumenep terkadang masih harus menyalurkan air bersih hingga November untuk desa-desa yang terdampak parah.
“Desa Prancak dan Montorna adalah dua dari sejumlah desa yang rutin mendapat bantuan air bersih dari BPBD saat musim kering,” tambahnya. (fathol alief/fine)










