SUMENEP – Hujan deras Selasa, (21/1) malam mengakibatkan sejumlah rumah dan lahan pertanian warga di Desa Poja dan Desa Braji, Kecamatan Gapura, dan lapangan terbang Trunojoyo terendam banjir. Warga hingga harus mengungsi ke daerah yang lebih aman.
Ketua RT 1 Dusun Kebun, Desa Baraji, Burawi, menuturkan, warga baru sadar kalau air menggenangi rumahnya kira-kira pukul 04.30 Wib. Hingga pukul 06.30 Wib, warga masih sibuk mengamankan barang-barang berharga dari dalam rumahnya.
“Kami tidak tahu kalau akan terjadi banjir seperti ini, Mas, karena baru kali ini kami melihat ada banjir sebesar ini. Sejak dulu tidak ada seperti ini,” kata Burawi. Akibat banjit tersebut, perekonomian warga lumpuh dan sembako yang ada di dapur juga terkena arus.
Menurutnya, banjir tersebut merupakan banjir kiriman dari sungai yang ada di Desa Poja dan Desa Braji. “Bahkan sapi milik warga terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi, khawatir terseret derasnya banjir,” imbuhnya.
Lumpuh
Banjir tersebut mengakibatkan ktivitas belajar mengajar (KBM) SDN II Poja lumpuh dan terpaksa diliburkan. “Kami tidak bisa berbuat banyak selain meliburkan sekolah. Semua kelas tidak dapat ditempati KBM, kerena dipenuhi lumpur,” kata Kepala Sekolah SDN II Poja, Sumarwati.
Hal serupa juga terjadi di akses jalan menuju bandara. “Akibatnya penerbangan sekolah merpati school tersendat, sebab di sekeliling landasan pacu digenangi air oleh air,” kata Abdurrahman, warga setempat.
Sehingga, lanjut Abdurrahman, banyak kendaraan yang melintas mogok terendam air, bahkan sebagian pengendara terpaksa mutar balik menghindar dari ancaman luapan air. “Meski tidak ada korban dalam bencana banjir ini, namun aktivitas warga macet total,” jelasnya.
Jembatan Jebol
Jembatan yang menghubungkan Desa Batu Dinding dan Desa Braji terputus. Sementara untuk jalan alternatif masih harus memutar sejauh 10 kilometer. “Tidak hanya merendam rumah, Mas, tetapi juga membuat jembatan yang menghubungkan Desa Batu Dinding dan Desa Braji juga ikut jebol, akibatnya akses dua desa ini menjadi putus,” terang Samsudin, warga Desa Poja.
Tidak hanya menjebol jalur dua desa, banjir juga telah merendam ratusan hektare lahan pertanian padi di desa setempat, bahkan dipastikan mereka akan gagal panen, sebab dimungkinkan padi tersebut akan mati dan membusuk
Bantuan
Kepada Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Koesman Hadi, ia mengatakan sedang melakukan pendataan terhadap korban banjir. “Hingga saat ini kami masih melakukan pendataan terhadap korban banjir,” katanya, Rabu (22/1).
Ketika ditanya lebih jauh terkait dengan korban dan kerugian akibat banjir tersebut, Koesman tidak bisa memastikan berapa. “Kami belum bisa menaksir kerugian akibat dari bencana banjir ini, mengingat bencana banjir kali ini merupakan terbesar sepanjang musim penghujan. Tetapi yang jelas, ratusan KK lebih korban banjir di desa Baraji dan Poja, Paberasan. Oleh karena itu, kami masih terus melakukan pendataan berapa sebenarnya jumlah secara keseluruhan dari korban bencana banjir ini,” terangnya.
Soal data sawah yang terendam banjir, Koesman mengaku masih belum mengantongi data yang valid mengenai luas areal pertanian yang direndam oleh air. Namun yang pasti, ada banyak sawah yang harus tergenangi air.
”Pastinya kami belum tahu berapa hektare sawah. Kami masih akan menghitung secara keseluruhan, yang jelas, kalau rumah lebih dari seratus KK lebih. Tetapi soal lahan pertanian, kita baru Survie satu lokasi,” jelas Koesman saat meninjau langsung luas lahan dan ratusan KK yang terendam banjir di dua desa tersebut.