BANGKALAN – Dari 2.500 hektare lahan tebu yang ditargetkan pemerintah pada tahun 2013, pembukaan lahan tebu baru seluas 500 hektare yang dicapai. Realisasinya jauh dari apa yang diharapkan pemerintah. Banyak kendala yang dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bangakalan dalam mencapainya, sehingga menyisakan 2.000 hektare lahan yang mestinya digarap, namun hingga kini masih belum terwujud.
Salah satu kendala yang dihadapi, karena petani tebu di wilayah Bangkalan masih pemula atau dalam tahap belajar. Akibatnya, hasil yang dicapai belum maksimal bila dibandingkan dengan petani yang sudah mahir.
“Untuk pembukaan lahan tebu baru hampir mencapai 500 hektare pada tahun 2013 kemarin,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bangkalan Budi Utomo, kemarin (22/1).
Dia menjelaskan dari target pembukaan lahan tebu baru seluas 2.500 untuk di Bangkalan, pihaknya belum bisa memenuhi sesuai dengan yang telah dipatok pemerintah pusat. Persoalan SDM menjadi kendala utama. Sebab, petani tebu di sini masih tergolong baru dan dalam tahap belajar. Kedua, dari sisi geografis ada bulan tertentu dalam menanam tebu.
“Tanaman tebu, tidak asal tanam, tetapi ada dua pola yang bisa dilakukan. Untuk pola A tanamnya sekitar bulan Desember, sedangkan pola B tanamnya mulai April hingga Mei,” terang Mantan Kepala Dinas Koperasi ini.
Kendala yang terakhir mengenai tersedianya peralatan. Sebab, di Bangkalan dapat bantuan 4 unit traktor untuk membajak sawah. Akan tetapi, masalah utama kembali pada operator atau SDM yang bekerja, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Menanam tebu berbeda dengan menanam padi. Bila panen tiba tidak bisa langsung dijual pada masyarakat, melainkan harus dijual pada pabrik gula. Mengenai harganya disesuaikan dengan rendemen atau kadar gula. Jika kualitas kadar gula bagus, maka harganya juga akan mahal. Sebaliknya, bila kualitas kadar gula kurang bagus, maka harganya lebih murah.
Meskipun begitu, pabrik gula masih kekurangan bahan baku (tebu) untuk dijadikan gula. Pabrik gula siap menampung atau membeli tebu hasil panen dari petani. Petani tebu disini biasa menjual hasil panen ke pabrik gula di Tulangan dan Krembung, Sidoarjo.
“Sisa garapan 2.000 hektare akan dilanjutkan tahun 2014. Dengan anggaran untuk pembukaan lahan tebu baru sebesar Rp 18 juta 510 ribu per hektare,” ucapnya.