SURABAYA – DPRD Provinsi Jawa Timur meminta pemerintah Indonesia untuk memperketat pengawasan terhadap produk makanan yang diimpor dari Australia karena negara tersebut tidak segan-segan menolak barang-barang yang diimpor dari Indonesia jika tidak memenuhi standar. Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur Agus Dono kepada wartawan di Surabaya, Senin (27/1).
Sebagai contoh, kata Agus Dono, banyak ekspor buah-buahan dari Jawa Timur yang ditolak, karena tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Austalia. Ternyata Australia hanya membatasi empat jenis buah-buahan yang bisa di ekspor ke Australia, salah satunya Salak. Selain itu, buah-buahan yang dikirim dan ketika masuk ke balai karantina milik Australia dibutuhkan waktu selama dua minggu. Dengan begitu ketika kondisi keluar dari balai karantina langsung busuk. Tapi kalau pemerintah Australia ketika mengekspor hasil pertanian ke Indonesia minta kelonggaran.
“Itu namanya tidak adil. Karena itu, saya mendesak kepada pemerintah agar memperhatikan persoalan ini sehingga memberikan rasa keadilan dalam hal perdagangan,” tandasnya.
Menurut Agus, bukan hanya masalah perdagangan yang dilakukan Australia dinilai merugikan negara Indonesia, tetapi juga sapi yang diimpor dari sana. Setelah sampai di Indonesia ternyata tidak bisa dikembangbiakan.
“Kan kita rugi. Jadi harus ada tindakan dan kontrol yang tegas. Jika tidak, kami mengancam akan menghentikan segala bentuk impor khususnya soal sapi,” tegasnya.
Ia menjelaskan, selama ini sapi-sapi yang didatangkan dari Australia tanpa didampingi oleh tenaga penyuluh, padahal tenaga-tenaga ini sangat penting untuk mendampingi para peternak untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengembang biakan sapi-sapi tersebut, termasuk makanan apa saja yang harus diberikan agar sapi yang ada mudah beranak atau memiliki kualitas susu yang baik. Tapi, dalam kenyataan, ketika sapi Australia dikembangbiakan di Jatim tidak bisa, bahkan sapi-sapi yang ada sudah disuntik mandul lebih dahulu.
Ketidakseimbangan hubungan antara Indonesia dengan Australia juga terlihat dari menjamurnya daging jerohan asal Australia dipasar Indonesia dan Jatim khususnya. Padahal, jika di negeri kangguru tersebut, jerohan (hati) digunakan untuk makanan ternak. Kalau terus dibiarkan, yang rugi bangsa kita.