SUMENEP – Penumpang kapal asal Kepulauan Kangean dan Sapeken yang sudah beberapa hari tertahan di Pelabuhan Kalianget, Selasa (28/1) siang mendatangi kantor Bupati Sumenep. Mereka ingin mengadu karena sudah 18 hari tertahan di pelabuhan.
Aksi tersebut merupakan rentetan dari bentuk protes. Pagi harinya, sekitar 200 penumpang memaksa naik kapal sebagai bentuk protes. Dan siang harinya, mereka mendatangi kantor Bupati Sumenep di Jalan Dr. Cipto.
Misriya (60), mengaku sudah hampir satu bulan tertahan di pelabuhan. Dirinya sudah 20 hari ada di pelabuhan setelah sebelumnya datang dari Sukorejo. “Saya sudah kehabisan bekal, Pak, uang dan kebutuhan juga sudah habis, tidur pun hanya beralaskan kertas dan kardus. Saya ingin cepat sampai rumah,” kata warga Desa Arjasa.
Amrin, warga Desa Sadulang, Sapeken, merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah. “Kami tidak percaya alasan ombak, karena kapal Expres baru datang menangkut penumpang. Padahal kalau disbanding dengan DBS I, Expres lebih kecil, tetapi kenapa kok berani berlayar, berarti bukan ombak masalahnya,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhubungan, Mohammad Fadhilah, mengatakan di tengah laut masih terjadi ombak besar. “Berdasarkan hasil rapat bersama beberapa pihak, termasuk dengan DPRD asal kepulauan, Badrul Aini, bahwa di tengah laut masih ada ombak besar, sehingga kapal tidak bisa berangkat demi menjaga keselamatan,” katanya di depan para calon penumpang DBS I.
Menanggapi tuntutan ratusan penumpang yang telantar hingga harus meluruk Pemkab, kata Fadhilah, pihaknya bersama dinas sosial siap memfasilitasi kebutuhan saat berada di pelabuhan.
“Nanti kami akan fasilitasi, termasuk disaksikan tadi sama Pak Badrul Aini. Beliau minta jaminan Dinas Sosial untuk membantu saudara-saudara yang tidak bisa berangkat. Karena secara tehnis pelayatan itu tidak mungkin bisa berangkat. Rawan pak, sehingga kami kapal tidak memungkinkan untuk berangkat,” jelasnya.
Fadhilah meminta para penumpang untuk bersabar dan memahami kondisi tersebut. Sebab baik laporan BMKG maupun dari salah satu nahkoda kapal Dharma Sartika, di tengah ada ombak yang besar yang akan membahayakan pelayaran.
Mantan Kepala BPBD Sumenep itu juga berharap agar para penumpang menunggu hasil koordinasi pihaknya besama sahbandar dan BMKG apakah bisa memungkinkan bisa berangkat. “Mohon kasih waktu bagi kami untuk terus melakukan koordianasi dengan sahbandar. Jika nanti cuaca kembali membaik, maka para penumpang pasti langsung diberangkatkan,” tambah Fadhilah.
Secarta terpisah, Manajer Operasional PT Sumekar Bambang Supriyo mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memaksakan untuk memberangkatkan kapal, karena pihaknya mengacu pada prediksi BMKG yang menyatakan cuaca masih buruk.
“Kami tidak bisa memaksakan untuk memberangkatkan kapal, sebab saat kami melakukan koordinasi dengan BMKG, kini pergerakan badai tropis dari Austalia itu masih terus bergerak, sehingga ombak masih besar,” ungkapnya.
Setelah mencoba menghubungi Badang Metereologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG) Kalianget, perkembangan terbaru tentang keadaan cuaca, ketinggian ombak masih mencapai 2,5 meter. Sehingga hal itu tidak memungkinkan untuk berlayar. Meski dengan keadaan penumpang yang sudah mulai jatuh sakit dan kehabisan bekal, pihaknya tetap tidak bisa memaksa untuk berlayar. “Sebab apa yang dilakukan oleh kami juga demi keselamatan penumpang,” ucapnya.