SUMENEP – Anggota DPR RI Komisi VII MH Said Abdullah, Sabtu (1/2) mengunjungi Pondok Pesantren Darut Thoyyibah, Desa Legung Timur, Kecamatan Batang-Batang, pesantren yang ia bantu pembangunnya beberapa tahun lalu.
Said langsung mengunjungi dan mengobrol dengan puluhan santri. Ekspresi wajah santri pun beragam, ada yang tertegun, haru, ada pula merasa terkejut. Sebab mereka mengenal dan melihat sosok perintis Pesantren Darut Thoyyibah itu di TV dan beberapa gambar saja, tidak punya kesempatan melihat langsung.
Pada kunjungannya itu Said berharap pesantren tetap menjadi benteng terkuat dalam membentengi pemuda Islam. Kata Said, kini hanya pesantren yang menjadi harapan bagi negeri ini untuk bisa menetas generasi-generasi yang berbudi luhur.
“Sebab, kita tidak bisa menghindar dari arus globalisasi yang deras mengalir. Kini, ia hadir dalam sendi-sendi kehidupan manusia. Oleh karenanya, pesantren harus terus menjaga model dan metode pembelajaran harus tetap dipertahankan, agar pesantren tetap sebagai wadah bagi pembinaan moral,” ungkapnya saat berbincang-bincang bersama santri.
Ia mengingatkan kepada para santri agar giat belajar dan bersungguh dalam mencari ilmu. Sebab kata Said, pesantren adalah institusi pendidikan asli Indonesia, ia ditahbiskan sebagai instituasi paling tua di Indoensia, bahkan lebih tua dari usia Indonesia itu sendiri.
“Sampai kapanpun saya akn mengakui bahwa pesantren adalah legenda hidup yang masih eksis hingga hari ini. Eksisnya pesantren tidak hanya dikarenakan pesantren identik dengan nuansa dan makna keislaman, tetapi karakteristiknya yang mengandung arti keaslian Indonesia atau Islam Nusantara,” jelasnya.
Said pun sedikit memaparkan tetnang kemunculan pesantren sebagai laboratorium masyarakat. Kata Said, pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya. Bahkan Said memunculkan satu pernyataan dari hasil hipotesa bahwa jika Indonesia tidak mengalami penjajahan, mungkin pertumbuhan sistem pendidikan di Indonesia akan mewarisi corak pesantren.
“Sehingga perguruan-perguruan tinggi yang ada sekarang ini tidak akan berupa, UI, ITB, UGM, IPB UNAIR ataupun lainnya, melainkan mungkin Universitas Tremas, Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem, Sidogiri, Lirboyo dan seterusnya,” terangnya..
Oleh karena itu, kemungknan besar hal ini kita tarik benang merah melihat dan membandingkan dengan sistem pendidikan di Barat. Kita tahu bahwa di Barat hampir semua universitas terkenal punya cikal bakal yang semula berorientasi keagamaan. “Sebagai sebuah bukti, , universitas-universitas ternama di Amerika, sebut saja Universitas Harvard, dulunya merupakan lembaga keagamaan yang didirikan oleh Pendeta Harvard, kemudian saat ini telah berkembang menjadi universitas modern, bahkan ternama dan berpengaruh di dunia. Ini berarti menandakan bahwa Pesantren kini menjadi benteng terkuat dalam menjaga moralitas pemuda,” jelasnya.