BANGKALAN – Ketua Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh saat berkunjung ke Bangkalan, (3/2), menyatakan bangsa Indonesia sebenarnya bangsa yang besar, karena berada di atas bumi yang memiliki keanekaragaman dan kekayaan alam yang terhampar subur. Karena tidak dikelola secara baik, penduduk Indonesia hingga kini masih terjerembab dalam jurang kemiskinan.
”Indonesia memerlukan penyadaran yang datang dari kejujuran hati. Bahwa Indonesia ini adalah negara besar. Hamparan kekayaan alam tumbuh-kembang di negara ini,” kata Surya Paloh.
Dia menyebutkan di bidang pertanian dan holtikultura negara ini sudah memadai untuk bisa berdiri sendiri. Akan tetapi, sangat disayangkan, jika beras masih saja mengimpor dari luar. Garam yang menjadi potensi dan penghasilan rakyat Indonesia, menjadi aneh jika masih saja mengimpor dari negara lain. ”Bagaimana kesejahteraan sektor pertanian bisa terwujud. Nasib mereka harus diperjuangkan dengan sepenuh hati,” ucapnya.
Di bidang kelautan, penghasilan masyarakat melimpah. Bisa untuk membangun kesejahteraan masyarakat sendiri. Namun, sering kali negara ini dihadapkan dengan sikap ketidakpedulian dalam menjaga wilayah teretorial. Tak jarang ikan di perairan Indonesia dicuri bangsa lain. ”Menjaga saja tidak mampu, bagaimana meningkatkan penghasilan ekonomi kelautan kita. Secara keseluruhan, Indonesia sudah memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar,” ungkapnya.
Kesalahan bangsa ini adalah tak pernah mensyukuri karunia yang begitu besar itu. Sumber daya kekayaan alam yang luar biasa itu, membuat iri seluruh negara di dunia, baik kekayaan di darat dan laut. Harus ada konsepsi, gagasan, dan tujuan yang jelas mau dibawa ke arah mana Indonesia.
”Kita bisa berjaya dengan kehidupan saat ini, tetapi kita belum mampu membuat Indonesia yang mampu bertepuk dada. Dengan bangga kalau kita negara Indonesia,” jelasnya.
Bangsa ini telah kehilangan jati diri, bahwa negara Indonesia adalah negara yang masih menghargai nilai kebangsaaan, pluralisme, dan kebhinnekatunggalikaan. Tidak dipungkiri, masyarakat belum bisa bangga, karena tertinggal dengan bangsa lain yang ada di dunia ini. Bahkan negara lain yang merdeka lebih lama dibandingkan Indonesia, kini lebih berjaya.
Pertanyaannya, kenapa hal itu bisa terjadi. Apakah ini cobaan. Tak perlu menyalahkan siapa-siapa. Yang terpenting, sikap menyadari keadaaan dan keterpurukan sedini mungkin. Untuk itu perlu adanya sikap bersatu membangun nilai moral bangsa.
“Ini tantangan yang menjadi tugas bersama. Jangan menyalahkan siapa-siapa atas ketidakberdayaan ini. Bukan DPR, bukan pula tokoh dan pemimpin negara ini. Melainkan diri kita sendiri, karena Indonesia milik kita, bukan milik orang lain ataupun orang asing,” paparnya.
Selain itu, sikap nasionalisme dan patriotisme harus tertanam dalam setiap pribadi orang Indonesia. Kesadaran tentang sikap itu harus ditanam kembali di setiap jiwa masyarakat. Perlu membangun kecintaan terhadap negerinya sendiri.
Sejauh perjalanan bangsa ini, Indonesia telah memiliki seluruh persyaratan negara besar dan makmur. Satu hal yang tidak dimiliki. Bangsa ini tidak pandai bersyukur. Oleh karena itu, terjadinya kemerosotan akhlak menjadi potret keberadaan bangsa saat ini.
Pembenahan dalam diri pribadi setiap orang Indonesia sangat penting. Melalui penguatan dan pendidikan akhlakul karimah semangat mengantarkan Indonesia lebih baik akan terwujud.
”Kita saat ini bukan lagi menjadi bangsa yang menghormati nilai kejujuran, semangat gotong royong dan kesadaran akan sejarah bangsa yang besar. Kita terjebak pada semangat individualitas dan sikap pragmatisme, tanpa menggunakan hati nurani,” terangnya.