SAMPANG, koranmadura.com – Antisipasi menghadapi kebencanaan yang akhir-akhir ini terus berdatangan, puluhan pegiat kebencanaan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengikuti pelatihan kebencanaan di Ponpes Assirojiyyah, Kajuk, Sampang.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Sampang, Moh Hasan Jailani menyampaikan, kurang lebih sebanyak 60 pegiat kebencanaan dari berbagai unsur di antaranya Banser, LPBI NU, Sekolah Bintang Sembilan, Santri Tangguh Bencana (Sanggup) Ponpes Assirojiyyah, Pemuda Pulau Mandangin, dan beberapa pegiat kebencanaan lainnya ikut bergabung untuk mendapatkan ilmu penanganan kebencanan seperti Fire Rescue skala rumah tangga, Vertical Rescue, Medical First Rescue (MFR) dan Water Rescue.
“Sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada pengasuh Ponpes memberikan lokasi pelatihan relawan kebencanaan selama dua hari. Dan kami ucapkan terimakasih kepada trainer dari Paiton Energy atau Paiton Operation and Maintence Indonesia (POMI) serta BPBD Sampang yang akan melatih kita semua dan yang melatih ini bukan orang sembarangan,” jelasnya saat apel pembukaan di lapangan Ponpes Assirojiyyah, Kajuk, Senin, 13 Desember 2021.
Lanjut Mamak sapaan akrab Moh Hasan Jailani mengungkapkan, bagi relawan dari Pemuda Mandangin nantinya akan mendapatkan pelatihan khusus lagi. Namun pihaknya belum memastikan kapan akan digelar rencana pelatihan tersebut.
“Khusus relawan dari mandangin, akan ada pelatihan khusus. Kalau ditanya kapan, kita tunggu tanggal mainnya,” jelasnya.
Mantan Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU Sampang ini juga menegaskan, bahwa para relawan kebencanaan di Sampang sejatinya tidak tinggal diam dalam menyikapi dan menyiapkan relawan kebencanaan.
“Semoga keberadaan teman-teman hari ini menjadi cikal bakal relawan se Kabupaten Sampang. Kami juga meminta para relawan merasa paling gagah tidak ada yang namanya bendera paling tinggi apalagi sesama relawan saling tekel karena relawan itu semuanya sama sebab ketika ada bencana semua harus satu hati dan satu komando,” tegasnya.
Sementara Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Sampang, Abdul Rachman ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan bahwa bencana di Indonesia ini tidak akan pernah habis karena posisi atau letak Indonesia berada dalam posisi rentan bencana.
“Secara geologis, posisi Indonesia berada di pertemuan lempeng-lempeng dunia yang sering mengalami patahan-patahan. Sehingga kerap kali terjadi tsunami. Dan beberapa hari lalu, gunung semeru juga mengeluarkan erupsi,” katanya.
Tidak hanya itu, tata letak Indonesia juga berada di antara dua benua yaitu Asia-Australia dan kemudian Samudra Hindia-Pasifik.
“Batas-batas itu cenderung menimbulkan fenomena cuaca ekstrim salah satunya terjadi hujan lebat. Seperti di Sampang yang sering mengalami banjir saat musim penghujan dan mengalami kekeringan saat musim kemarau. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk menangani bencana tersebut,” paparnya.
Lanjut Abdul Rachman menyatakan, dalam undang-undang No 23 Tahun 2014, bahwa penanganan bencana ada di pemerintah daerah. Dan kemudian juga diatur dalam Peraturan No 2 Tahun 2017, tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) terhadap penanganan bencana.
“Dan Dalam Permendagri No 101 Tahun 2018, disebutkan pula bahwa pemerintah harus melakukan sub urusan bencana. Ada tiga SPM dalam aturan itu, pertama menyebarkan informasi manakala akan ada bencana, kedua menyelenggarakan suatu pencegahan dan kesiapsiagaan dan ketiga terkait penyelamatan dan evakuasi korban,” jelasnya.
Pemerintah, lanjut Rachman menyampaikan, bahwa beberapa sub urusan bencana tersebut akan menjadi berat jika hanya dilakukan sendiri.
“Makanya adanya partisipasi masyarakat seperti kegiatan hari ini yang diinisiasi oleh Forum PRB yang bekerja sama dengan POMI, kami sampaikan penghargaan sebesar-besarnya. Kami berharap kepada para relawan saat ini dimanfaatkan kesempatan ini dan serap semua ilmunya,” pungkasnya. Muhlis/ROS/VEM