SURABAYA – Keluarga besar Kebun Binatang Surabaya (KBS) kembali berduka. Pasalnya, seekor Anoa jantan bernama Happy, koleksi taman satwa tersebut kemarin ditemukan mati dikandangnya. Pihak pengelola KBS merilis, faktor penyebab kematian satwa langka tersebut diduga karena sudah tua.
Humas Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS, Agus Supangkat kepada wartawan di Surabaya, Rabu (26/2) menjelaskan, Anoa yang dalam bahasa latin disebut Bubalus Depressicornis ini usia sekitar 19 tahun tersebut sudah menderita sakit sejak akhir bulan Januari lalu.
“Dugaan sementara Happy mati memang karena faktor usia. Umurnya 19 tahun dan anoa pada umumnya bertahan hidup di kisaran usia 20 tahun. Dengan kematian Happy, koleksi kami hanya lima ekor, yang terdiri dari satu ekor anoa anak, satu ekor jantan dan tiga betina,” jelas Agus.
Untuk diketahui, Bubalus depressicornis merupakan anoa yang hidup di dataran rendah di daerah Sulawesi. Karena mirip seperti kerbau, anoa daratan ini oleh warga setempat disebut kerbau kecil. Modelnya mirip sekali dengan kerbau, hanya ukurannya lebih pendek dan kecil. Di pulau Sulawesi bagian tenggara, satwa ini sering dijadikan icon, karena begitu sulitnya menemukan satwa ini. Ia suka berada di dalam hutan pantai hingga hutan dataran tinggi dengan jarak ketinggian 1000 mdpl.
Anoa ini juga suka berendam seperti badak apalagi jika suhu panas sehingga satwa langka ini suka berada dipinggir-pinggir sungai atau danau. Usia hidup anoa dataran rendah bisa mencapai 30 tahun. Akan tetapi untuk kematangan seksual pada Bubalus Depressicornis terjadi pada usia 2-3 tahun sejak dilahirkan. Untuk anoa betina, hanya memiliki kemampuan melahirkan 1 kali dalam setiap masa kehamilan.
Meski Happy mati karena diduga faktor usia, namun tim dokter tetap melakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian.
“Otopsi penting dilakukan untuk mengetahui penyebabnya. Tapi, dugaannya memang usia karena sudah tua. Apalagi, sudah sebulan ini dia merupakan salah satu satwa pengawasan dan masuk ruang karantina,” kata dia.
Sejak awal Januari lalu, koleksi KBS terus mengalami penurunan, karena satwa mati. Saat ini, puluhan satwanya juga sedang dalam kondisi kritis. Jumlah mencapai 84 ekor satwa KBS yang dalam kondisi kritis. Sebanyak 44 ekor satwa mengalami sakit parah dan cacat, sehingga harus dilokalisasi untuk mendapat pengawasan serius. Selebihnya kondisinya sudah renta.