SUMENEP- Pariwisata Sumenep dinilai mulai tak jelas identitasnya. Dua objek wisata pantai kebanggaan Kota Sumekar, Lombang dan Slopeng, misalnya, saat ini tak lagi menarik dan seelok dahulu.
“Seperti Slopeng, misalnya, dulu pantai itu dikenal dengan bukit pasir dan pohon siwalan. Tetapi sekarang eksotis pantai beraroma siwalan dan pohon kelapa tak lagi tampak. Malah Slopeng tak jauh beda dengan Pantai Lombang, terhiasi oleh cemara udang. Berarti identitas Pantai Slopeng tak lagi seperti dulu. Apa namanya kalau wisata kita mulai tak beridenitas,” kata Nur Asyur, anggota Komisi D DPRD Sumenep, Senin (14/7).
Oleh karena itu, politisi asal kepulauan itu, meminta pemerintah mempertahankan identitas objek wisata. “Seharusnya ada identitas yang jelas terhadap beberapa wisata yang ada di Kota Sumekar ini. Bali, misalnya, Kute, Kute II, Tanah Lot dipastikan sama-sama memiliki aura masing-masing. Dan ternyata itulah yang mampu menggoda para wisatawan,” jelasnya.
Dinas didesak benar-benar menjaga dan merawat beberapa wisata yang ada. “Merawat tidak hanya membangun secara fisik, tetapi merawat keindahan dan panorama wisata, agar wisata-wisata kita tidak tercerabut dari akarnya,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep, Febrianto membantah jika adanya cemara di Pantai Slopeng itu akan menghilang identitas wisata pantai setempat. Menurutnya, adanya cemara itu untuk membuat suasana Slopeng lebih rindang.
“Adanya cemara itu hanya untuk membuat pantai lebih rindang, sehingga pengunjung merasa nyaman dan enak saat melakukan wisata pantai di Slopeng. Jadi, tidak bermaksud menghilangkan identitas,” jelasnya.
Sepengetahuan Totok, panggilan akrabnya, Pantai Slopeng memang dikenal dengan bukit pasir, pohan kelapa dan siwalan, namun, tidak menutup kemungkinan perubahan demi perubahan akan terus dilakukan. “Salah satu caranya adalah menanam beberapa pohon yang dapat menarik pengunjung, termasuk cemara udang. Sebab hanya cemara udang yang tumbuh subur di bibir pantai,” jelasnya.
Menanggapi keluhan dewan perubahan itu akan menghilangkan daya tarik karena Lombang dan Slopeng tak ada bedanya, kata Totok, tergantung siapa yang mau menilai. Tetapi Totok memastikan bahwa pengunjung di Pantai Slopeng tidak akan berkurang hanya gara-gara perubana identitas.
“Kenapa kami tanami cemara udang, karena kelapa itu akan membahayakan pengunjung. Sebab tanpa diduga saat angin kencang, buah kelapa itu bisa jatuh menimpa para pengunjung, makanya kami tanam cemara udang,” jelasnya.