SUMENEP – Warga Kepulauan Kangean, Sumenep, memiliki tradisi karapan kerbau. Tradisi yang sudah berlangsung sejak turun temurun itu, hingga saat ini masih berlangsung.
Warga Kepulauan Kangean biasa melaksanakan tradisi tersebut pada awal musim tanam dan usai musim panen. Masyarakat kepulauan menggelar karapan kerbau di sebuah tanah lapang, yang panjangnya mencapai tiga ratus meter.
Sebelum dilepas, sepasang kerbau yang akan dipertandingkan dipersiapkan terlebih dahulu di garis start. Setelah kerbau akan dilepas, pemilik kerbau atau pengiringnya menghujani kerbau aduan itu dengan pukulan menggunakan tongkat yang terbuat dari kayu.
Tidak hanya sampai disitu, para pengiring atau pemilik kerbau terus memburu kerbau yang dilombakan dengan pukulan kayu hingga digaris finish. Pemukul kerbau ikut melesat mengiringi lari kerbau dengan mengendarai kuda, yang sudah dipersiapkan.
”Kami mengelar balap kerbau setiap minggu bila sudah hampir memasuki musim tanam, maupun usai melakukan panen, kegiatan semacam ini sudah berlangsung sejak turun temurun disini,” kata Rosi (30), anak pemilik kerbau aduan, asal Kangean.
Dikatakan, kerbau yang dilombakan pada saat awalmusim tanam dan sesudah musim panen, tidak hanya kerbau milik warga Kangean, melainkan juga diikuti pemilik kerbau dari Arjasa, dan Sapeken.
“Kayaknya karapan kerbau disini tidak akan pudar, dan akan tetap berlangsung hingga anak cucu kami, karena acara karapan kerbau mempunyai daya tarik tersendiri dan menjadi hiburan yang taktergantikan bagi masyarakat kepulauan,” Imbuh Atnawi (50), pemilik kerbau asal Pulau Sapeken.
Setiap pasang kerbau biasanya dilepas dua sampai tiga kali, supaya lari kerbau semakin kencang ketika akan diadu. Bagi kerbau yang menjadi pemenang pada lomba musiman itu, harganya naik dua kali lipat,sehingga menjadi kebanggan tersendiri bagi pemiliknya.
Selain sebagai hiburan bagi warga kepulauan, karapan kerbau juga digelar sebagai ajang silaturrahmi sesama masyarakat kepulauan. Selain itu, masyarakat juga ingin melestarikan budaya peninggalan leluhur, agar tidak punah dan terus berlanjut hingga anak cucu.