BANGKALAN – Guna mengantisipasi rawan pangan, 37 lumbung desa tengah dipersiapkan untuk menampung gabah petani. Dari lumbung yang ada, saat ini rata-rata sudah berisi 5 ton. Itu dilakukan sebab musim kemarau sudah mulai dirasakan oleh masyarakat Bangkalan.
“30 lumbung desa untuk mengantisipasi rawan pangan akibat kemarau panjang sudah mulai terisi, meskipun belum optimal. Kemudian ada tambahan 7 lumbung lagi,” kata A. Fanani, Kepala Badan Ketahanan Pangan.
Untuk kapasitas daya tamping 30 lumbung desa kelolaan yang tersebar di sejumlah kecamatan itu mencapai 10 ton. Hingga pekan keempat Agustus saat ini, masing-masing lumbung desa sudah berisi minimal 5 ton gabah padi. Itu dibeli oleh Gapoktan dari hasil panen para petani anggota Kelompok Tani (Poktan) di masing-masing kecamatan, ketika musim panen pertama dan kedua yang terjadi pada Maret sampau Juli lalu.
“Kemungkinan pada Oktober nanti, seluruh lumbung bakal terisi penuh. Kalau semua lumbung bisa terisi penuh, berarti Kabupaten Bangkalan memiliki stok persediaan pangan sekitar 300 ton,” terangnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, sepanjang musim kemarau yang tengah terjadi, belum sekalipun pernah terjadi situasi paceklik pangan di Kabupaten Bangkalan. Inisiatif untuk membangun 37 lumbung hanya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya situasi rawan pangan.
Ketika musim panen tiba, sebagian gabah hasil panen petani akan dibeli Gapoktan dengan harga standar pasaran umum. Sehingga petani akan terhindar dari kenakalan dan akal-akalan para tengkulak, yang biasanya ingin membeli hasil panen petani dengan harga semurah mungkin.
Pembelian hasil panen yang dikoordinir oleh masing-masing Gapoktan inilah yang akan disimpan di 37 lumbung desa sebagai persediaan stok pangan jika di sepanjang kemarau nanti terjadi situasi rawan pangan di Kabupaten Bangkalan.
Upaya ini memang memantik kecurigaan. Sekadar akal bulus sejumlah pihak-pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan dari para petani. Akan tetapi, kecurigaan ini masih perlu dibuktikan. Kecurigaan ini akan menemukan kebenarannya apabila mereka tidak bisa menepati komitmennya.
Ketika terjadi situasi paceklik pangan dan harga beras di pasaran umum membubung tinggi, saat itulah beras yang tersimpang dalam 37 lumbung desa akan dilepas kembali kepada semua petani anggota Poktan. Harga jualnya, paling tidak harus sama dengan harga ketika Gapoktan membeli gabah hasil panenan petani. Bila komitmen ini tidak ditepati, warga bisa tidak memercayai lagi upaya tersebut.
“Selain stok beras tetap tersedia ketika terjadi rawan pangan, keluarga para petani anggota Poktan juga bisa membeli beras ke lumbung desa dengan harga murah, sementara harga beras di pasaran umum sedang melonjak naik dan mahal,” paparnya.