SUMENEP – Sebanyak delapan mahasiswa yang tergabung dalam Kaukus Mahasiswa Sumekar (KMS) mendatangi kantor Bupati Sumenep, Selasa (30/9), sekitar pukul 10.40 WIB untuk melakukan hearing. Mereka menuntut pemerintah agar memperhatikan kondisi pasar tradisional yang sudah mulai ditinggalkan.
Menurut koordinator hearing, Busaki, saat ini sudah banyak pasar tradisional yang kehilangan eksistensinya. Padahal, dulunya pasar tradisional merupakan tempat perekonomian yang paling diminati oleh masyarakat. Namun belakangan, katanya, pasar tradisional sudah dijauhi. Pasalnya, banyak pasar tradisional, baik daerah maupun desa fasilitasnya kumuh dan terkesan kurang dirawat.
Berdasakan hasil pengamatannya selama ini, menurut Busaki, ada beberapa pasar yang tidak renovasi sehingga “mati suri”. Ia mencontohkan Pasar Batang-Batang di Kecamatan Batang-Batang. Menurutnya, pasar tersebut saat ini sudah ditinggalkan oleh masyarakat Batang-Batang. Jika ingin belanja, sambungnya, masyarakat Batang-Batang lebih memilih Pasar Candi, Kecamatan Dungkek.
“Kami berharap, pemerintah merenovasi beberapa pasar tradisional yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sehingga masyarakat tidak lebih memilih pasar modern daripada pasar tradisional. Paling tidak ada pavingisasi agar ketika hujan, kondisi pasar tidak becek dan membuat masyarakat tidak mau pergi ke pasar,” harapnya.
Kalaupun ada yang telah direnovasi oleh pemerintah, katanya, penataannya tidak tepat. Sehingga banyak penjual di pasar tidak menempati los yang telah disediakan karena dianggap tidak strategis.
“Oleh karena itu, banyak penjual di pasar memilih tinggal di tanah daripada menempati los yang tidak strategis itu. Sehingga terkadang timbul kemacetan di depan-depan pasar tradisional,” katanya.
Selain itu, menurut Busaki, menjamurnya pasar modern di Sumenep juga mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dengan keberadaan pasar modern yang hampir di setiap kecamatan, membuat masyarakat lebih memilih pasar modern daripada pasar tradisional. Untuk itu, tambahnya, perlu ada proteksi terhadap pasar tradisional dari pemerintah agar tidak kalah dengan pasar modern.
Menanggapi semua tuntutan mahasiswa, pemerintah Kabupaten Sumenep, A. Busyro Karim, melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumenep, Hadi Soetarto menjelaskan, secara umum pasar yang ada di lingkungan Kabupaten Sumenep bermacam macam. Menurutnya, ada pasar daerah, pasar desa dan ada pasar yang tumbuh karena adanya aktifitas ekonomi.
“Oleh karena itu, maka perlu diperjelas, yang tidak direnovasi itu apakah pasar daerah atau pasar desa. Kalau pasar daerah, itu memang tanggung jawab kami, sebagai pemerintah daerah. Tapi kalau itu ternyata pasar yang tumbuh karena adanya aktifitas ekonomi, ya bukan berarti kami tidak berpihak ke sana, tapi kami akan evaluasi dulu. Kalau memang itu merupakan pusat aktifitas ekonomi yang sangat potensial, bisa jadi, kita jadikan pasar desa, bahkan daerah,” tandasnya.
Terkait dengan pasar modern yang dianggap sudah menjamur dan mempengaruhi pola pikir masyarakat, Hadi mengatakan hal itu merupakan tuntutan suatu daerah bila dikaitkan dengan kemajuan suatu daerah. Menurutnya, saat ini jika ada daerah yang tidak memiliki pasar modern, itu termasuk daerah tradisional. “Yang penting setiap daerah itu memiliki strategi. Saya kira (keberadaan pasar modern, Red.) dampaknya tidak ada terhadap pasar lokal. Karena pasar lokal itu merupakan pusat transaksi yang sangat potensial,” tutupnya. FATHOL ALIF