SUMENEP – Dinas Pertanian Dan Tanaman Pangan (Disperta) Kabupaten Sumenep pada tahun 2014 ini mengalami kekurangan 188 tenaga penyuluh. Kekurangan tenaga penyuluh tersebut disebabkan oleh minimnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masyarakat Sumenep, khususnya di bidang pertanian.
Berdasarkan data yang dapat dihimpun oleh Koran Madura, saat ini tenaga penyuluh pertanian hanya berjumlah sebanyak 146 yang menyebar di 334 Desa di 27 kecamatan. Dari 146 tenaga penyuluh itu, sebanyak 55 berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 91 lainnya masih berstatus pegawai tidak tetap (PTT).
Jumlah tenaga penyuluh tersebut, dinilai tidak sebanding dengan jumlah desa yang ada, sebab idealnya satu desa terdapat satu orang penyuluh. ”Paling tidak separuh dari jumlah desa harus terpenuhi. Namun hingga kini, tidak semua desa ada tenaga penyuluhanya,” kata Bupati Sumenep A. Busyro Karim, Selasa (21/10).
Kekurangan tenaga penyuluh ini, menurut mantan Ketua DPRD Sumenep dua periode itu merupakan pekerjaan rumah (PR) yang harus segera dicarikan solusinya. Sebab jika tidak, dikhawatirkan akan berdampak terhadap perkembangan dunia pertanian ke depan.
Dalam kacamata Busyro, jika Kabupaten Sumenep dilihat dari letak giografisnya, sebanyak 60 persen dari total lahan yang ada merupakan lahan pertanian. ”Jumlah tersebut masih belum ditambah lahan pertanian yang baru digarap itu. Oleh karena itu, masalah ini segera diatasi,” ungkapnya
Kendati demikian, pihaknya berjanji akan terus berupaya melakukan perbaikan, sehingga tenaga penyuluh di Sumenep sesuai standar yang ada. ”Memang kami sering berdiskusi dengan pak Sekda, namun sampai saat ini, kami masih belum menemukan solusinya,” jelasnya
Busyro mengakui belum adanya solusi tersebut, karna SDM yang dimiliki masyarakat Sumenep dalam bidang pertanian cukup minim. ”Berdasarkan hasil pembicaraan saya dengan salah satu UPT, ternyata di ada satu Kecamatan yang tenaga penyuluhnya hanya satu orang,” terangnya.
Bahkan walaupun ada pemuda lulusan pertanian, saat ini banyak yang memilih profesi lain dibandingkan mengembangkan dunia pertanian di tempat kelahirannya itu. ”Setelah kami tanya lebih lanjut, memang ada orang yang sarjana pertanian, namun sudah berprofesi sebagai LSM. Mungkin pilihannya itu dinilai lebih menguntungkan daripada mengembangkan dunai pertanian disekitarnya,” ujar Bupati.
Semenata itu, Kepala Disperta Sumenep Bambang Heriyanto membenarkan jika instansinya itu masih kekurangan tenaga penyuluh. Kendati demikian, dirinya berjanji akan terus mengupayakan semaksimal mungkin agar krisis tenaga penyuluh segera teratasi. ”Dari jumlah desa, jumlah tenaga penyuluh hanya sebanyak 146 orang. Itupun masih belum berstatus PNS semua. Dan kami akan mengupayakan semaksimal mungkin agar krisis tenaga penyuluh segera teratasi,” janjinya. JUNAEDI/SYM