PROBOLINGGO – Rencana kebijakan pemerintah yang akan menaikkan kembali harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp.3000 perliter, ternyata berdampak terhadap masyarakat bawah. Terutama di kalangan sopir taksi. Mereka mengaku tidak setuju, jika pemerintah kembali menaikkan harga BBM.
“Terus terang kami tidak setuju dengan rencana kebijakan pemerintah itu,” ujar seorang sopir taksi, Sundari kepada wartawan, Rabu (29/10).
Alasannya, dengan rencana kenaikan tersebut, jelas akan berpengaruh terhadap semua roda perekonomian, termasuk juga ongkos taksi nantinya. “Kalau kita langsung menaikkan harga ongkos taksi, terkadang penumpang juga tidak mau,” katanya.
Tidak hanya itu, tetapi juga menyangkut terhadap nasib para sopir taksi yang ada di kawasan terminal Bayuangga Kota Probolinggo. “Sekarang ini kondisi penumpang sepi. Karena masyarakat lebih cenderung naik kendaraan sendiri daripada naik taksi. Belum lagi sopir memikirkan setoran pada majikan,” terang dia.
Meski kalangan sopir taksi mengaku tidak setuju dengan rencana kebijakan pemerintah itu, namun mereka tidak bisa berbuat banyak. Harapan satu-satunya, pemerintah agar mengkaji ulang soal rencana tersebut.
“Rencana kenaikan ini jelas akan berpengaruh terhadap masyarakat bawah,” ujar seorang sopir taksi lainnya, Sulhan.
Menurut dia, kondisi penumpang taksi kini tidak seperti beberapa tahun yang lalu. Itulah sebabnya, begitu mendengar adanya rencana pemerintah akan menaikkan harga BBM tersebut, para sopir taksi terlihat “kurang darah”.
“Kita hanya berharap di pemerintahan Jokowi-JK ini agar mengkaji ulang tentang rencana itu. jika tidak, kasihan nasih masyarakat bawah,” tandasnya.
Hal serupa dikeluhkan oleh masyarakat ekonomi lemah seperti tukang ojek, Sulaiman (35), hal tersebut dirasa memberatkan bagi mereka. “Bisa ngeluh kalau terjadi kenaikan BBM terkecuali bensin naik, ongkos transporasi publik juga harus naik,” katanya.
Ia juga mengatakan rencana kenaikan harga BBM yang akan dilakukan Pemerintah seharusnya disesuaikan dengan pendapatan masyarakat menengah kebawah. “Kalau harga BBM naik, biasanya saya mengantongi pendapatan sebesar Rp 100 ribu, bukan tidak mungkin dengan kenaikan harga BBM, jelas akan mengurangi pendapatan saya,” kata Sulaiman.
Senada dengan Choirul, sopir ojek di kawasan Terminal Bayuangga juga merasa keberatan dengan kenaikan BBM.”Kalau bisa jangan naik soalnya kadang penumpang bayar semaunya,” katanya.
Choirul yang bekerja sudah puluhan tahun sebagai sopir ojek mengatakan pendapatan per harinya tidak tentu.”Saat ramai penumpang pendapatannya mencapai Rp100 ribu namun kalau sepi penumpang paling Rp 25 ribu,” jelasnya. Muhammad Sugianto.