
PROBOLINGGO – Jumlah peserta ujian Paket C di Kota Probolinggo di klaim menurun oleh Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. Bila ditilik dua tahun terakhir, selisihnya mencapai 145 peserta. Pada 2015, jumlah pesertanya hanya 335 orang. Sementara tahun lalu mencapai 480 orang.
Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat, Olahraga dan Seni, Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, Asyit Wardono, mengatakan 335 peserta itu terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama yang mengikuti ujian paket C di bawah naungan Dinas Pendidikan sebanyak 105 peserta.
Diantaranya, kelompok di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo berasal dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Yakni PKBM Bayuangga 25 orang, PKBM Melati 35 orang, PKBM Hidayah 18 orang, dan PKBM Amanah 27 orang.
Sedangkan kelompok kedua dibawah naungan Kementerian Agama sebanyak 230 peserta yang dilaksanakan di sembilan pondok pesantren (Ponpes). Yakni Ponpes Nurul Islam 38 orang, Ponpes Riyadlus Sholihin 46 orang, Ponpes Miftahul Ulum Assalafy 20 orang, Ponpes Mujtahid Salafiyah 16 orang, Ponpes Manbaul Ulum 20 orang, Ponpes Zainul Ishlah 56 orang, Ponpes Al Aliyatul Mukarromah 15 orang, Ponpes Assuniyah Nurul Hidayah 14 orang, dan Ponpes Darul Muta’alimin 5 orang.
“Total peserta sebanyak 335 orang. Mereka yang mengikuti di bawah naungan Dinas Pendidikan sebanyak 105 orang, yaitu 73 laki-laki dan 32 perempuan. Untuk 230 orang di bawah naungan Kementerian Agama yang mengikuti ujian di sembilan pondok pesantren. Yakni 145 laki-laki dan 85 perempuan,”ujarnya kepada wartawan, Senin (13/4).
Menurutnya, menurunya peserta ujian paket C dikarenakan persyaratan terlalu ketat dan tidak seperti tahun 2014. Semula pihaknya mengirimkan data peserta ujian paket C sebanyak 359 orang ke propinsi, namun setelah melalui proses verifikasi hanya menyisakan 335 orang.
“Sekarang aturannya sangat ketat, dan peserta harus memenuhi persyaratan seperti foto copy ijazah yang dilegalisir, foto copy raport semester 1 sampai 5, dan Buku Induk Lembaga. Semua kebijakan itu diambil oleh pihak propinsi. Jadi kalau tidak memenuhi syarat tidak bisa mengikuti ujian Paket C,” tandas Asyit Wardono.
Asyit Wardono mengingatkan, ujian Paket C sangat penting bagi mereka yang membutuhkan ijazah untuk kerja. Ini merupakan satu diantara banyak alasan mengapa banyak masyarakat putus sekolah memilih melanjutkan pendidikannya di program ini.
Disisi lain, tak bisa mengikuti jenjang pendidikan reguler lantaran terbentur masalah ekonomi. Kendati begitu, saat ini wajib belajar dua belas tahun di haruskan. Itu artinya, tak ada lagi yang menjadi dalih untuk tidak bersekolah.
“Masalah lainnya adalah kesiapan mental, terutama saat mengikuti aktivitas belajar di sekolah reguler. Faktor ini banyak yang memengaruhi untuk tidak sekolah,” ucapnya.
Sugianto Peserta Tertua
Sugianto salah satu perangkat Kelurahan Kedunggaleng Kecamatan Wonoasih menjadi peserta UN Kejar Paket C yang tertua yang di gelar di SDN Sukabumi II Kota Probolinggo. Dengan mengenakan seragam sebagai perangkat kelurahan, mengisyaratkan untuk berusaha keras untuk mengisi Lembar Jawaban Komputer (LJK) dengan benar.
Ada hal yang patut dicontoh. Yakni, kegigihannya melanjutkan pendidikan yang sempat terputus hingga bangku SMA. Semangatnya untuk memegang ijazah Paket C setara SMA pulalah yang menjadi dorongan dirinya agar bisa lulus.
Sugianto mengatakan dengan umurnya saat ini yang sudah mencapai 51 tahun, bukan menjadi halangan untuk bisa bercita-cita menjadi seorang sarjana.
“Dulu, tidak sekolah karena alasan biaya. Orang tua sempat kualahan membiayai. Apalagi jika dulu dengan bekerja, dapat lebih menjanjikan daripada harus sekolah,” katanya ditemui di sela-sela UN.
Sehingga dengan pilihannya tersebut, Sugianto tidak merasakan bangku sekolah formal hingga belum tamat SMA. Sejak itu, pada beberapa tahun yang silam, dia memutuskan untuk mengikuti kejar paket C sebagai syarat agar dapat mengenyam pendidikan lanjutan.
Lebih tepatnya, sejak menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kelurahan Kedunggaleng, keinginan untuk dapat mengeyam pendidikan lebih tinggi makin berapi-api. Meski dirinya tidak tamat SMA, dia akan terus menyemangati anak dan cucunya untuk terus dapat bersekolah.
Buktinya, tahun ini dia rela mengikuti ujian kejar paket C dengan mengulang bahan-bahan pelajaran di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Amanah di Kelurahan Jati Kota Probolinggo.
‘’Bersekolah itu wajib, agar pintar dan dapat berkompetensi. Jika tidak sekolah seperti saya dulu,serba susah. Bekerja juga mengandalkan alam. Tapi, jika sudah sarjana bisa mengaplikasikan ilmu yang tinggi itu dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi sekarang sudah jadi PNS,”papar pria berperawakan hitam manis ini.
(M. HISBULLAH HUDA)