
SUMENEP, koranmadura.com – Di bulan Ramadan, kebutuhan konsumsi masyarakat biasanya me-ningkat, termasuk kepada bahan rempah-rempah. Namun, bagi ibu rumah tangga yang bermaksud belanja harus ekstra hati-hati. Pasalnya, di Kabupaten Sumenep peredaran merica oplosan masih marak.
Kepala Bidang (Kabid) Promosi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep, Moh. Ruslan tidak memungkiri maraknya merica oplosan di pasaran. Pasalnya, meski telah berulang kali ditemukan dan diimbau agar para pedagang tidak menjual merica oplosan, sebagian tetap ngotot menjualnya.
“Kalaupun satu atau dua pedagang sudah pernah ketahuan dan diimbau untuk tidak menjualnya lagi, tapi pedagang lainnya tetap ada yang menjual. Karena distributornya itu kan tidak hanya punya satu dua pedagang, tapi banyak. Jadi masih ada (peredaran merica oplosan itu, red.),” katanya, Kamis (11/6).
Ruslan menduga, merica palsu itu dibuat dari semin. Untuk tidak sampai diketahui pembeli, sambungnya, merica palsu itu kemudian dioplos dengan merica asli. Sehingga, kalau hanya dilihat sepintas, merica palsu itu tidak akan diketahui, karena bentuknya hampir sama dengan merica asli.
Meski demikian, dia menjelaskan beberapa perbedaan mencolok antara merica palsu dengan yang asli. Perbedaan itu akan diketahui ketika dipegang. Menurutnya, kulit merica asli bisa dikelupas, sedang yang palsu sebaliknya. “Selain itu, kalau yang asli kulitnya berserat. Yang palsu tidak,” tukasnya sambil menunjukkan merica palsu dan asli di kantornya.
Untuk mengantisipasi beredarnya merica oplosan dan beberapa bahan dagangan lain yang membahayakan, pihaknya akan melakukan razia. Namun, razia tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, melainkan ketika sudah masuk bulan Ramadan. “Kegiatan itu akan dilaksanakan bulan Ramadan dan menjelang Lebaran,” tukasnya kemudian.
Hanya saja, pihaknya mengaku tidak dapat memberikan tindakan tegas kepada pedagang yang menjual merica oplosan tersebut. Disperindag hanya bisa memberikan imbauan kepada para pedagang yang ketahuan menjual untuk tidak lagi melakukannya. “Kepada masyarakat harus hati-hati dalam membeli merica,” harapnya.
Daging
Menjelang bulan Ramadan harga daging sapi perlahan merangkak naik. Kenaikan harga daging sapi seperti terjadi di Pasar Anom Kabupaten Sumenep mencapai Rp. 10 ribu per kilogram, baik yang berkualitas super maupun biasa. Naiknya harga daging tersebut karena banyaknya permintaan dari konsumen tidak sebanding dengan stok daging sapi di pasaran.
Harga daging sapi berkualitas super yang sebelumnhya Rp. 100 ribu saat ini naik menjadi Rp. 110 ribu. Sedangkan daging sapi berkulitas biasa harganya menjadi Rp. 100 ribu dari sebelumnya Rp. 90 ribu. “Mungkin karena sudah mau masuk bulan puasa. Makanya pembeli semakin ramai,” kata salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Anom Sumenep, Hamida, kemarin.
(FATHOL ALIF)