SUMENEP, koranmadura.com – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al Futuhiyah, Desa Kalinganyar, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, ditengarai menyelewengkan bantuan untuk Komunitas Berbasis Pesantren dari pemerintah pusat. Anggarannya Rp 750 juta.
Koordinator Island Corruption Watch (ICW) J. Daeng Moh. Sultan mengatakan, bantuan tersebut telah disalurkan pada tahun 2014. Namun, hingga saat ini hanya terealisasi sekitar Rp 75 juta. Sementara sisanya sebesar Rp 675 juta tidak jelas peruntukannya.
”Dari hasil investigasi yang kami lakukan, kami menemukan adanya kejanggalan dalam realisasi bantuan itu. Salah satunya hasil pekerjaan dengan besaran anggaran tidak sesuai,” kata warga Kecamatan Arjasa tersebut.
Menurutnya, dana tersebut mestinya digunakan untuk pembangunan asrama pesantren dan pengadaan sejumlah alat praktik, baik di bidang pertanian, peternakan, maupun perkebunan. Rinciananya, sebesar Rp 400 juta untuk pembangunan asrama dan Rp 350 juta untuk pembelian alat praktik.
Kecurigaan dirinya akan adanya penyelewengan dana tersebut semakin jelas saat meninjau hasil pembangunan dan pengadaan sejumlah alat praktik. Sebab, di sekolah tersebut tidak ditemukan adanya alat praktik yang dimaksud. ”Kalau bangunannya ada, namun kalau sejumlah alat praktik yang dimaksudkan tidak ada,” ungkpanya.
Sementara Kasi Sarana dan Prasarana SMK Al Futuhiyah, Halili membenarkan bantuan tersebut belum selesai seratus persen. ”Kisaran segitu lah, sementara sisanya kami tidak tahu. Karena di sekolah kami tidak tampak wujudnya,” terangnya.
Menurutnya, jika anggaran tersebut direalisasikan seratus persen, pembangunan asrama dan alat praktik di sekolah tersebut pasti ada. Namuan kenyataannya sejumlah alat praktik tidak ada. ”Sementara gedung untuk peternakan memang ada, yang awalnya hanya terbuat dari bambu saat ini sudah dibangun. Tapi ukurannya sangat kecil,” paparnya.
Selain itu, pada tahun 2014 di sekolah tersebut tidak ada pembanguan fisik, seperti asrama. Sementara pembangunan yang diklaim mendapatkan bantuan itu adalah bangunan yang dibangun pada tahun 2013.
Hanya saja banguan tersebut belum selesai, yakni tinggal pemasangan keramik lantai, jendela, kaca jendela, pemasangan asbes dan sejumlah komponin gedung yang lain. ”Nah, pekerjaan itu baru dilanjutkan pada tahun 2014. Namun kami tidak tahu dana itu diambilkan dari mana. Karena yang menanganinya adalah kepala sekolah,” akunya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidkan (Disdik) Kabupaten Sumenep, A. Shadik belum bisa memberikan keterangan. Saat ditemui di kantornya tidak ada. Sementara saat dihubungi melalui telepon selelurnya tidak merespons. ”Kalau soal itu silakan ke Pak Nono (Nurul Hamzah) saja,” terangnya singkat.
Sayangnya, Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Disdik Sumenep Nurul Hamzah, saat hendak ditemua di kantornya sedang tidak ada. Informaisnya masih mengikuti acara di luar. ”Saya masih sibuk, Mas. Biar tak hubungi lagi nanti,” katanya melalui saluran telepon.
(JUNAIDI/MK)