SAMPANG, koranmadura.com – Kekeringan yang melanda Kabupaten Sampang terus berkelanjutan. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Surabaya menyebutkan puncak kekeringan di Sampang berada pada akhir Nopember mendatang. Akibat kekeringan tersebut membuat semua penampungan air atau dikenal embung tengah mengalami kekeringan.
Kabid Operasi dan Pemeliharaan Dinas PU Pengairan Imam Irawan menyebutkan bahwa pada musim kemarau yang cukup panjang ini membuat sejumlah embung mengalami kering. Diakuinya, keringnya embung tersebut selain akibat musim kemarau juga disebabkan karena pengambilan air oleh warga setempat dinilai juga berlebihan.
“Ada sekitar 84 embung kecil yang terinventarisir yang letaknya tersebar di 14 kecamatan dan memang keadaannya kering. Dan air yang paling banyak dihabiskan itu kemarin pas waktu musim tembakau dan penanaman cabai. Warga menyedotnya hingga memakai tangki dan memakai pikap. Dan sekarang ini dua musim penanaman itu sudah selesai, jadi berdasarkan BMKG Surabaya, kurang lebih sekitar 1,5 bulan lagi warga menghadapi kekeringan ini,” terangnya kepada Koran Madura, Minggu (18/10).
Lanjut Irawan, meski demikian, pihaknya mengaku masih mempunyai 11 embung yang sampai sejauh ini masih tergolong efektif. Karena menurutnya, 11 embung tersebut tergolong dalam kategori besar yaitu mampu menampung air dari 100 ribu kubik air hingga lebih yang masih bisa digunakan oleh masayrakat yang membutuhkan.
“11 embung besar tersebut terletak di Desa Mambuluh Barat, Kedungdung, Torjunan, Talambeh, Blu’uran, Pandiangan, Pelanggaran Timur, Batu Beih Timur, Bunten Timur, dan Pancor. 11 embung itu rata-rata mampu menampung di atas 100 ribu kubik air. Dan memang air itu sekarang juga menurun hingga elevasiny sekitar 50 derajat. Tapi keberadaan embung itu bisa digunakan untuk mandi dan cuci. Sedangkan untuk air bersi yang digunakan untuk minum memang tidak bisa, warga harus membeli. Bukan hanya daerah yang jauh dari kota saja yang kekurangan air, di daerah perkotaan juga kekurangan air untuk mandi,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga berencana untuk melakukan pembangunan embung dengan kapasitas besar sebagai upaya pemenuhan air untuk warga Sampang di musim Kemarau. Dalam teknisnya diakuinya, pihak pengairan kabupaten hanya melakukan pembebasan lahan sedangkan untuk konstruksinya yaitu dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Propinsi.
“Tahun depan kami akan bangun 2 embung besar yang bisa bertahan hingga empat bulan, karena embung besar lebih efektif, baik ketika di musim penghujan maupun di musim kemarau. Rencananya kami akan bangun di daerah Batu Beih Barat dan desa Palenggien sebab daerah tersebut masuk daerah rawan kekeringan. Dan sejauh ini kami sudah melakukan tindakan proses pembebasan lahan, namun upaya tersebut bukan hanya dari kita saja melainkan juga pihak Kecamatan maupun di tingkat Desa sebab urusan non formalnya ini yang paling sulit,” tuturnya.
(MUHLIS/LUM)