PROBOLINGGO, koranmadura.com – Sejumlah Himpunan Petani Pengguna Air ( HIPPA) di wilayah Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan berkurangnya debit air yang mengairi persawahan mereka. Yang paling merasakan dampak, petani yang mempunyai lahan berjauhan dengan dari irigasi utama.
“Tak jarang antara petani bisa terjadi selisih paham karena pembagian jatah air akibat debit semakin berkurang. Aliran air yang mengalir kehilir sudah mengecil sehingga menjadi sulit untuk lahan sawah yang berjauhan dari saluran bisa terairi,”ujar Busar (35), anggota HIPPA di wilayah Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo, kepada wartawan, Selasa (27/10).
Menurutnya, musim kering kemarau dengan jumlah debit air terbatas, dirasakan petani sejak musim kemarau. Hal itu menyebabkan air irigasi semakin menyusut, sehingga membuat tanaman tidak dapat tumbuh subur secara maksimal.
“Kekeringan ini sudah sangat lama terjadi. Volume air juga semakin terbatas dan kami pun terpaksa bergiliran supaya bisa dapat air. Air irigasi mengalir sepekan sekali, hanya bertahan satu hari dan tidak bisa diharapkan banyak,”tandas Busar.
Sambil membersihkan rerumputan dan ilalang liar di sekitar saluran irigasi, Busar, terus berharap dan berdoa agar saluran irigasi mendapat air mengalir kembali. Kondisi pertumbuhan tanaman semakin terhambat akibat keterbatasan air.
“Kita terpaksa bergiliran supaya saling satumerata mendapat jatah air. Kalau musim kemarau seperti sekarang, jatah air diberi setiap seminggu sekali. Baru sehari dialiri air sudah meresap dan cepat habis terserap ke tanah,” ucapnya.
Arifin (25), petani Dusun Sumberkepoh, Desa Tamansari, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, mengatakan, kemarau yang melanda tanaman padi praktis menyebabkan kerugian hingga lima puluh persen.
Setelah dilakukan pengecekan mendetail, banyak tanaman yang terancam gagal panen. Penyebabnya adalah kurangnya asupan mineral air ke tanaman. Kejadian kekeringan diprediksi terjadi hingga musim panen November mendatang. Kesulitan memperoleh air dimusim kemaru, bahkan menyebabkan tanaman mudah terserang hama.
“Umumnya saat tidak terjadi musim kemarau bisa panen empat kali. Kalau sudah susah dapat air begini, paling cuman bisa memanen dua kali. Apalagi hama tanaman mudah sekali menyerang,” keluhnya.
Mengantisipasi situasi kekeringan di masa mendatang. Dirinya memiliki harapan agar pemerintah bisa menekan kekeringan dengan sumber air yang terbatas. “Kalau terus sulit begini, mungkin akan banyak lahan pertanian berubah fungsi menjadi perumahan,”papar Arifin.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)