PROBOLINGGO, koranmadura.com – Keberadaan gelandangan dan pengemis (Gepeng) di sejumlah sudah kota, di wilayah Kabupaten Probolinggo, banyak dikeluhkan oleh kalangan masyarakat terutamanya pengguna jalan. Jika hal tersebut tidak bisa dilakukan penertiban maka akan menjadi biang kemacetan jalan.
“Keberadaan gepeng di sejumlah sudut kota sudah menjadi perhatian serius oleh pihaknya. Keberadaannya sudah dinilai menganggu arus jalan dan pelintas jalan.Kami secara rutin terus melakukan pemantauan di beberapa ruas jalan, lampu merah,”ujar Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Probolinggo, Abduh Ramin, kepada wartawan, Rabu (16/12).
Abduh Ramin, mengaku seringkali melakukan penertiban dilapangan. Mereka secara langsung diberikan pemahaman serta melakukan pendataan tentang indetitas dirinya. Dari sejumlah hasil rasia, rata-rata gepeng yang mengkir di sudut kota Kraksaan kebanyakan dari luar kota.
“Mereka sudah kami sarankan untuk tidak melakukan kegiatan di sepanjang jalan agar tidak mengganggu arus jalan dan pengguna jalan. Kami tak pernah berhenti untuk memberikan arahan agar bisa mandiri tanpa harus melakukan usaha tersebut,” tandasnya.
Meski demikian, fakta dilapangan kebanyakan Gepeng bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja. Namun juga banyak dari kalangan anak-anak dan pemuda.
“Saat ini kami terus melakukan pemantaun menjelang Natal dan tahun baru 2016. Biasanya para gepeng melakukan aksinya ketika jalanan padat,”kata Abduh ramin.
Fenomena gepeng, lanjut Abduh Ramin, dipengaruhi aspek struktural problem, kultural problem, dan individual problem. Dilihat dari sisi struktural mereka melakukan profesi ini karena memang tidak ada cara lain untuk bias bertahan hidup. Sedangkan dari sisi kultural, fenomena gepeng terjadi karena memang sudah membudaya di daerah asal gepeng tersebut.
“Dari sisi individual, fenomena gepeng masih marak karena disebabkan oleh mental individu yang malas bekerja dan lebih menikmati menjadi pengemis karena dirasakan lebih menguntungkan,”paparnya.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)