PAMEKASAN | koranmadura.com – Dinas Pemuda Olahraga dan Kebudayaan (Disporabud) Kabupaten Pamekasan, Madura, tidak serius melestarikan seni budaya di daerah tersebut. Bahkan Disporabud mengaku belum mempunyai data berbagai jenis dan kelompok budaya khas Kota Pamekasan. Padahal instansi ini yang membidangi semua kebudayaan yang ada di wilayah itu.
Jumlah jenis budaya di Pamekasan tidak sedikit. Mulai dari tari tradisional seperti tari pecot, topeng gettak, dan sejumlah seni tradisi lainnya. Namun dari semua budaya ini terkesan diabaikan oleh pamerintah setempat. Bahkan dinas terkait tidak memiliki data jenis budaya yang ada di daerahnya.
Kepala Disporabud Pemkab Pamekasan, Muhammad mengaku belum tahu persis jumlah seni dan kebudayaan baik yang ada di pelosok desa maupun di wilayah perkotaan. Menurutnya, instansinya bersama Dewan Kesenian Pamekasan (DKP) tengah berupaya kembali menggali dan mendata kekayaan seni budaya masyarakat yang mulai hilang.
Langkah awal, kata Muhammad, instansinya bersama DKP akan melakukan pendataan terhadap seni tradisional dan kelompok budaya peninggalan leluhur Pamekasan. Bahkan budaya-budaya modern yang berkembang juga akan dimasukkan pada program ke depan. “Kami mengakui belum mempunyai data jumlah jenis seni dan kelompok budaya di Pamekasan, tapi kami akan segara mendata nanti,” kata Muhammad, (27/1).
Pengakuan Disporabud tidak memiliki data jenis budaya itu mendapatkan kritikan pedas dari budayawan muda setempat, Iskandar. Menutnya, pengakuan itu sama halnya dengan telanjang di depan umum. Sebab kegiatan budaya merupakan rangkaian program yang harus direalisasikan oleh instansi tersebut. “Aneh, kalau Disporabud itu tidak punya data kelompok seni di Pamekasan, terus yang dilakukan selama ini apa. Atau jangan-jangan hanya duduk manis di ruang dinasnya,” kritik Iskandar.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Yayasan Landhep Semmo ini tidak hanya pandai mengkritik. Iskandar juga memberikan solusi kepada Disporabud untuk menggelar event-event kebudayaan. Itu dilakukan supaya seniman tradisional bisa kembali berperan aktif mementaskan seni tradisi yang mulai pudar.
“Dengan kondisi seperti ini, Disporabud harus lebih kratif guna memulihkan seni di Pamekasan,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu seni tradisonal yang mulai pudar diantaranya seni tari Gettak, Pecot, Topeng dan seni lainnya seperti Klenengan, Sandur, Macapat, Denggek. “Tradisi ini tidak pernah mendapatkan sentuhan pembinaan pemerintah, bahkan saat ini juga mulai sulit ditemui di Pamekasan,” terangnya.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan, Muhsin juga ikut mengkritik Disporabud selaku leding sektor dari program kebudayaan. Dia menilai kinerja dinas terkait dalam melestarikan program seni dan budaya masih lemah.
Mantan Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Pamekasan ini menyarankan kepada Disporabud untuk melakukan langkah kongkrit guna melestarikan kegiatan seni di Pamekasan. Menurutnya, program seni dan budaya Pamekasan selalu mendapatkan jatah dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemkab setempat namun realisasinya tidak jelas. “Kami mengamati perhatian Pemkab terhadap seni memang sangat lemah, bahkan terkesan tidak mempedulikan sama sekali. Terbukti, Dinas yang membidangi hingga sekarang belum memiliki data kesenian,” tandasnya.
(RIDWAN/UZI/RAH)