
SUMENEP, koranmadura.com– “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku adalah jendela dunia” begitulah kata Achmad Fauzi, Wakil Bupati Sumenep mengawali sambutannya saat membuka acara Festival Cinta Buku Nasional dan Perkemahan di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk, Rabu (6/4) di halaman Kampus Instika.
Kata Fauzi, kunci untuk membukanya adalah membaca. Ungkapan tersebut, lanjutnya secara jelas menggambarkan tentang manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang.
“Pepatah tersebut bagi saya, tak pernah usang oleh waktu. Dan ini saya yakini dengan sepenuh hati. Tentu saja, karena buku harus menjadi sahabat dalam hidup kita. Buku juga harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita,” jelasnya di depan para pembantu rektor dan ratusan santri.
Ia menambahkan bahwa dengan buku kita bisa melihat sisi lain dari dunia kita yang ternyata beragam bentuknya. “Dengan membaca, maka kita bisa mengetahui apa yang belum kita ketahui, bahkan membuat kita kaya wawasan dan ilmu,” tambahnya.

Fauzi dalam mengakhiri sambutannya mengutip salah salah satu hadits dari Imam Ali. Kata mantan jurnalis tersebut dalam hadits tersebut Imam Ali berkata bahwa Tubuh kita ini selalu melewati enam keadaan: sehat, sakit, mati, hidup tidur, dan bangun. Hidupnya hati adalah berkat bertambahnya ilmu, dan matinya adalah akibat ketiadaan ilmu.
“Oleh karena itu, dengan acara Festival Cinta Buku ini mari kita jaga budaya baca dan akrabi buku. Apalagi beberapa penulis dan jurnalis andal selalu lahir dari rahim Instika. Bahkan di Sumenep misalnya, ternyata banyak teman-teman jurnalis adalah jebolan Instika. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa FCB tidak pernah mati dan rutin dilaksanakan. Saya dukung dan harus katakan bahwa acara ini luar biasa,” pungkasnya sembari disambut dengan tupuk tangan oleh para petinggi Instika, BEM, dan ratusan santri.

Sebagai sajian penutup dari sambutannya, Fauzi mengajak para santri untuk selalu mengakrabi buku. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Ia mengingatkan bahwa seandainya dari kita pun diberitahukan oleh Allah akan mati esok, maka kita harus tetap terus belajar. “Maka, teruslah menjalin persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan kehadiran mereka sebagai jendela untuk kita melihat masa depan kita,” jelasnya. (ALIF/SOE)